Selasa, 30 Desember 2014

PENGALAMAN IKUT LAUNCHING KOMUNITAS KEISLAMAN : SEHARI SATU JUZ (ODOJ) DAN TAHAJUD BERANTAI (KUTUB)


Jakarta –Media Intajiyah Online, Mengikuti perkembangan keislaman di nusantara dua dasawarsa terakhir yakni dari era Sembilan puluhan sampai dua ribu sepuluan sampai sekarang memang cukup unik dan menarik. Dibilang unik karena setiap fase waktu selalu ada tokoh atau kejadian yang berulang-ulang hanya saja tokohnya yang berganti atau berbeda namun substansinya sama.

Menjadi menarik karena peristiwa keislaman, kenegaraan dan kebangsaan di Indonesia selalu menjadi catatan atau sorotan dunia internasional, selain karena Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar juga merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar selain India, Cina dan Amerika.

Pernyataan terakhir dari seorang Menag RI di era presiden Jokowi dan wakil presiden Jusuf Kalla ialah menyatakan bahwa Indonesia siap menjadi kiblat pendidikan Islam di dunia. Disisi lain Indonesia juga sedang diuji dan disorot oleh dunia terutama Amerika dan sekutunya dengan hadirnya sebuah organisasi yang menamakan dirinya ISIS.

Ummat Islam dan kita seolah-olah sedang diperebutkan atau dibenturkan antara satu dengan yang lainnya. Dalam kontek ke-Indonesia-an disodorkan isu-isu keagamaan dan pluralism atau toleransi antar sesama komponen anak bangsa, antara skulerisme, islamisme dan idiologi-idiologi lainnya yang dimungkinkan bisa tumbuh secara sah di Indonesia.

Padahal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia sudah jelas menganut semboyan yakni Bhineka Tinggal Ika, meskipun ada pengecualian faham atau idiologi seperti komunis yang jelas-jelas bertentangan dengan jiwa dan falsafah bangsa Indonesia kita, ada dasar bernegara yaitu Pancasila, ada bentuk Negara yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia serta landasan hukum berupa UUD 1945.

Pertanyaan mendasarnya bagi ummat Islam Indonesia adalah apakah dengan adanya empat pilar di atas hak dan kebebasan menjalankan ajaran (syariat) agama Islam lalu jadi terbatasi?  Atau hukum Islam yang mana yang masih belum bisa diterapkan yang disebabkan oleh adanya empat pilar di atas? Lalau apa solusinya dalam kontek berbangsa dan bernegara agar ummat Islam bisa menjalankan islammnya secara kaaffah?

Jawaban dari pertanyaan di atas tidak akan penulis jawab dalam kesempatan ini biarlah itu tugas mereka para pemimpin Negara dan pemerintahan di negeri ini yang lebih kompeten dan mempunyai kapasitas untuk membahasnya bersama seluruh komponen dan pemimpin organisasi islam, baik organisasi politik Islam maupun organisasi masyarakatnya.


Penulis hanya ingin berbagi pengalaman saja tentang fenomena keberagamaan dan keIslaman di Indonesia dari waktu ke waktu menuju pengamalan Islam yang lebih kaffah atau menyeluruh melalui gerakan social maupun pendidikan yang sudah pernah ada :

1.       Gerakan Peduli Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Gerakan ini ditandai dengan munculnya metode pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an, selain dari metode klasik yang sudah ada sebelumnya seperti metode Al-Baghdadi atau Bagdadiyah, maka selanjutnya mulai muncul inovasi dan kreativitas dari para praktisi dan ahli pendidikan Al-Quran. Maka hadirlah yang namanya buku metode Qiroati, buku metode Iqro, buku metode Al-Barqi, dll.

Tidak berhenti sampai di situ, buku metode pembelajaran baca dan tulis Al-Quran terus berdatangan seperti ada metode A Ba Ta sta, metodeUmmi, Al-Taisir, Yanbu’a, At-Thariq, As-Syafi’I dll. Beragamnya metode yang hadir menjadi kekuatan tersendiri bagi umat Islam Indonesia. Di Arab Saudi sendiri terutama di Masjidil Harom sebagai kiblat umat Islam, metodenya hampir sama seperti Bagdadiyah.

2.       Gerakan Tamana Pendidikan Al-Qur’an atau Taman Al-Qur’an

Gerakan ini ditandai dengan hadirnya TPA-TPA yang berada di bawah koordinasi BKPRMI (Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) yang berpusat di Istiqlal. Gerakan ini diperkuat dengan sokongan berbagai pihak dan komponen masyarakat. Sehingga TPA tumbuh subur di nusantara baik yang dikelola sendiri oleh masyarakat maupun yang berada di bawah BKPRMI.

Kehadiran TPA ini sempat hampir “menggeser” peran madrasah diniah awaliyah yang sudah ada sebelumnya. Di beberapa tempat seperti di Masjid Al-Furqon Prumnas Klender MDA berubah bentuk menjadi TPA. TPA tumbuh pesat seiring dengan dicetaknya buku metode Iqro secara massif dan memasyarakat, dan TPA menjadi tempat berkembangnya buku metode Iqro’.

3.       Gerakan Gemar Mengaji dan Membaca Al-Quran

Di masa pemerintahan Presiden SBY dan Wapresnya Boediono, menteri agama pada waktu itu Surya Darma Ali pernah melaunching “Gerakan Maghrib Mengaji”,  yakni gerakan untuk mengisi waktu yang utama (prime time) antara maghrib sampai Isya dengan mengaji, baik di rumah, di TPA, di Musholla atau di Masjid serta dimana saja.

Di pihak lainnya yakni di masyarakat tumbuh juga kesadaran baik dengan sendirinya maupun karena gerakan yang dicanangkan oleh kemenag pada waktu itu. Maka hadirlah komunitas-komunitas pengajian  seperti One Day One Juz (ODOJ), Majalis Rosululah dll. Komunitas ini hadir sebagai bagian dari penyelamatan generasi muda Islam agar mengaji tidak berhenti sampai di TPA saja.

4.       Gerakan Memahami, Mengamalkan dan Menghafalkan Al-Quran


Dalam hal pengamalan dan menghafal Al-Quran, gerakan yang muncul ke permukaan ada gerakan One Day One Line (ODOL) dalam bidang menghafal Quran, Komunitas Belajar Bahasa Arab dan Tafsir, dan komunitas yang terbaru ini adalah yang dilaunching pada tangal 27-28 Desember 2014 di Masjid Istiqlal. Komunitas itu bernama KUTUB (Komunitas Tahajud Berantai). Tokoh yang tampil antara lain DR. Amir Faisal Fath, Imam Masjid Istiqlal KH. Mustofa Ya'kub, dll.

Jika difahami secara filosofisnya, mengapa tahajud harus ada komunitasnya ? padahal Tahajjud itu ibadah yang bersifat individu dan bukan sesuatu yang wajib, maka jawabannya dikembalikan kepada konsep pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an itu sendiri. Allah berfirman dalam Al-Qur’an “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu” (Al-Isro : 79)



Dengan gerakan saling mengingatkan secara berantai dan berjamaah baik melalui media social, HP atau Watshup maka amalan yang mulia ini bisa terlaksana dengan baik dan sempurna (insya Allah).  Dan ternyata untuk mengamalkan Islam secara kaffah itu harus dimulai dari diri umat Islamnya dulu masing-masing, lalu di dalam berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara.

Selain dengan pertimbangan tadi di atas, saling mengingatkan tahajud secara berantai juga merupakan perintah Allah dan ajaran/anjuran dari nabi kita Rosulullah Muhammad SAW. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya” (Thoha : 132). Dalam hadits digambarkan Allah akan memberkahi suami yang membangunkan istrinya atau sebaliknya istri yang membangunkan suaminya untuk shalat malam.

Maka pengertian berantai ini bisa memiliki 3 arti atau lebih yakni berantai diantara sesame anggota keluarga, berantai diantara tetangga yang ada baik melalui speaker masjid atau alat komunikasi lainnya, maupun berantai diantara sesame komunitas yang ada seperti komunitas tahajud berantai (KUTUB).



5.       Gerakan Mendakwahkan dan Memasyarakatkan Nilai Islam dan Al-Qur’an

Gerakan ini seharusnya bukan hanya menjadi tugas para Ustadz para Kiyai atau para Muballigh saja, atau hanya tugas dari lembaga pendidikan saja, atau lembaga keislaman saja seperti lembaga dakwah, majelis taklim, masjid dan musholla saja, tetapi harus menjadi tugas semua umat Islam. Jika tugas amar ma’ruf dan nahi munkar ini sudah berjalan dengan baik pada setiap umat Islam, maka keberkahan dan kebaikan akan hadir di tengah-tengah masyarakat.

Allah SWT berfirman “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa  yang telah mereka kerjakan” (Al-A’raf : 96)

Semoga dengan hadirnya gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang ada di negeri ini lebih membawa kemashlahatan dan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya dan menjadi rahmat bagi semesta alam, bukan membawa keburukan, fitnah apalagi menjadi penyeru kepada kekerasan/kedzaliman yang berujung pada prilaku terror atau ketidak adilan apalagi menjelma menjadi organisasi “teroris”, na’udzubillahi min dzalik. Wallahu a’lam [DM].

Penulis adalah anggota Komunitas ODOJ Unit 6 Group 345

Selasa, 23 Desember 2014

Tuntutlah Ilmu Walaupun Harus Belajar Dari Negeri Cina "UTHLUBUL ILMA WALAU BISSIN"

                                                (Foto para huffadz Al-Quran di Cina , Sumber : Islam Pos)

FOTO di atas sama sekali bukan pengabadian momen wisuda sebuah perguruan tinggi negeri. Tapi wanita-wanita di atas adalah wanita-wanita Cina yang baru saja diluluskan menjadi seorang hafidzah Al-Quran.
Seseorang yang hafal Quran selalu istimewa. Apalagi dari Cina. Mengapa dari Cina istimewa?
Wanita-wanita Cina yang telah mendapatkan predikat HAFIDZAH AL-QUR’AN melalui masa-masa sulit. Mereka tidak mampu berbicara Bahasa Arab secara FASIH karena logat bicara yang berbeda.
Akan tetapi mereka menunjukkan bahwa walaupun demikian, terbukti mereka mampu mendapat gelar Hafidzah-hafidzah Al-Qur’an, mendapat sanad, Ijazah dan diwisuda. Subhanallah.
Sebaliknya, lidah orang Indonesia itu sangat fleksibel, berbagai logat bahasa dengan sangat mudah untuk diikuti, akan tetapi sampai sekarang jumlah HAFIDZ dan HAFIDZAH di negeri ini terbatas sekali.
(IslamPos)


KEIMANAN YANG TELAH MENYATUKAN SEKOLAH KAMI DENGAN SEKOLAH MEREKA

In Collaboration Workshop Thariq Bin Ziyad Indonesia With Al-Junied Singapore

Assalamu’alaikum saudara-saudariku , dimanapun anda berada, kami dan anda adalah bersaudara, kami dan anda adalah pengamat, pemerhati dan praktisi sekolah Islam unggulan, ada satu pengalaman kami sebagai peserta atau peninjau workshop pendidikan yang diadakan oleh sekolah kami beberapa hari yang lalu, meski tulisan ini belum tentu mewakili pandangan seluruh peserta workshop yang kebetulan narasumbernya adalah tokoh pendidik dari sekolah yang notabene beda system pendidikan nasionalnya alias dari luar negeri, apalagi negerinya itu tidak lebih “islami” dibandingkan negeri islam lainnya.

Dari manapun Negara asal sekolah atau madrasah anda meskipun kami sudah punya system pendidikan nasional sendiri, bukan berarti antara sekolah kami dan anda tidak boleh saling mengikuti dan meniru. Untuk memberikan yang terbaik kepada peserta didik dan orangtua, serta sama-sama menjadi hamba Allah yang bersaudara, bukanlah Allah SWT telah berfirman “Wahai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan kamu bersuku-bangsa agar kamu saling kenal-mengenal”.

Kebersamaan sekolah kami dengan sekolah yang satu ini bermula dari silaturahim, kunjung-mengunjungi, yang akhirnya kami bisa saling berbagi. Bersama Mrs. Khairiana Zainal Abidin M.Ed. dari Madrasah Al-Junied Singapore telah berbagi kebaikan dan keunggulan di sekolahnya, meskipun bisa jadi dalam pandangan yang lain kami belum unggul. Tapi kami yakin bahwa para founding father sekolah kami ini telah menancapkan tekadnya untuk menjadi sekolah unggulan, sekolah yang bukan hanya dua dimensi keunggulan tapi tiga atau empat dimensi keunggulan atau bahkan lebih.

Jenis keunggulan yang dikembangkan adalah keunggulan dalam hal kualitas dan layanan, seperti yel-yel yang selalu kami lantunkan bersama setiap saat yaitu “Kualitas-Pelayanan, Kualitas-Pelayanan, Kualitas-Pelayanan, Thariq Bin Ziyad-Bismillah”. Pada Rapat Dinas 2013 lalu, nilai-nilai dasar Thariq Bin Ziyad yang akan menjadi acuan, pedoman, dan terus dikembangkan sebagai focus pendidikannya itu terangkum dalam empat kata atau empat dimensi keunggulan yaitu Akhlak, Al-Qur’an, Akademik dan Bahasa. Empat dimensi keunggulan Thariq Bin Ziyad itu disingkat menjadi A3B.

Pertemuan kali ini adalah yang kesekian kalinya, yang saya hadiri sendiri setidaknya sudah tiga atau lebih. Dari tiga pertemuan yang diikuti, saya jadi teringat, saya melihat dan saya mencatat hubungan sekolah kami dengan sekolah yang satu ini semakin hari-semakin intensif.  Terutama pertemuan yang terbaru ini, semoga bukan pertemuan yang terakhir,  yang  diprakarsai oleh SMPIT Thariq Bin Ziyad dan direspon positif oleh yayasan (LPIT Thariq Bin Ziyad) dengan mengikut sertakan perwakilan dari yang lainnya yakni dari TKIT, SDIT, SMPIT Boarding School dan SMAIT Thariq Bin Ziyad.

Acara itu sendiri berlangsung pada masa jeda antara semester ganjil dan genap, tepatnya tgl 23 desember 2014 bertempat di Aula SMAIT Thariq Bin Ziyad. Di awal-awal pertemuan sang pembicara mengungkapkan tentang kedekatannya hubungan antara kedua lembaga tersebut, bahkan berani menyatakan jika seandainya ia sudah pensiun maka pilihannya hanya dua yakni tinggal di Indonesia atau bersama  Thariq Bin Ziyad sama-sama tinggal di Indonesia.  Kedatangannya ke sekolah kami beliau membawa ide yang salah satunya adalah tentang  metode pembelajaran cooperative learning.

Pada pertemuan yang terbaru ini selain berdiskusi lebih jauh tentang implementasi pembelajaran cooperative learning, coaching atau workshop tentang pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan juga membawa ide terbaru tentang trend pendidikan dunia abad abad 21. Belau juga sharing tentang pengalaman pribadi dan keluarganya tentang posisi keluarga di suatu lembaga dikaitkan dengan profesionalisme dan hubungan yang baik antara keduanya. Inilah salah satu hal yang penting  untuk menjadi bahan pembelajaran di sekolah atau lembaga tempat kami berada.

Semoga hubungan kami dengan sekolah mereka terus berkembang dan berbuah istiqomah, demi kemajuan pendidikan di Thariq Bin Ziyad khususnya atau Indonesia pada umunya serta kiprah kedua Negara di kancah dunia bahwa kebangkitan ummat Islam, pendidikan Islam, dunia Islam yang akan mengisi peradaban dunia ke depan adalah insya Allah akan dating dari arah Timur. Apakah nanti itu dating dari Indonesia, Singapura, Malaysia atau negeri yang lainnya, yang jelas hubungan diantara kami itu sudah jelas, karena keimanan telah menyatukan sekolah kami dengan mereka.

Seperti yang tergambar dalam bait-bait lagu do’a robhitoh berikut ini “Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu berhimpun dalam naungan cintamu, bertemu dalam ketaatan, bersatu perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu berhimpun dalam naungan cintamu, bertemu dalam ketaatan, bersatu perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan kuatkan lah ikatannya kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya,  terangilah dengan cahayamu yang tiada pernah padam ya robbi bimbinglah kami”.

Wallahu a’lam. [DM]

Senin, 22 Desember 2014

WORKSHOP TBZ INDONESIA & ALJUNIED SINGAPORE : "Strengthening Teaching and Learning ProcessThrought the Mastery of Learning Methods"

Assalamu'alaikum Wr Wb

Pengamat dan pecinta sekolah Islam Unggulan, LPIT Thariq Bin Ziyad pada hari ini (Selasa, 23/12) akan kedatangan tamu dari "ALJUNIED ISLAMMIC SCHOOL SINGAPORE" yaitu Ibunda Mrs. Khairiana Zainal Abidin M.Ed.
Kehadiran beliau dalam rangka Workshop Pendidikan antara "ALJUNIED ISLAMMIC SCHOOL SINGAPORE" dengan "THARIQ BIN ZIYAD JUNIOR HIGH SCHOOL INDONESIA" dengan tema :
"Strengthening Teaching and Learning ProcessThrought the Mastery of Learning Methods"
Sebagai keynote spekaernya pada acara ini adalah Direktur LPIT Thariq Bin Ziyad Bapak H. Andang Hendar, SE. MM. Semoga acara ini membawa manfaat bagi kemajuan pendidikan khususnya di LPIT Thariq Bin Ziyad dan di sekitarnya serta umumnya di Indonesia.
Media Intajiyah Online insya Allah akan meliput acara ini, oleh karena itu ikuti terus berita dan informasi yang kami sajikan melalui Facebook Majalah Intajiyah atau Tabloid Ilmu dan Berita Pendidikan Intajiyah serta blog www.majalahintajiyah.blogspot.com
Selamat beraktivitas, Wassalamu'alaikum Wr Wb.

Minggu, 21 Desember 2014

Berbagai Macam Ungkapan Netizen di Hari Ibu Mulai dari Civitas Akademika LPIT TBZ Sampai Politisi Nasional Senayan

Di Indonesia setiap 22 Desember diperingati sebagai hari ibu, untuk mengetahui sejauhmana pentingnya hari Ibu kita akan melihat cuitan dari para netizen terutama pendidik yang ada di LPIT Thariq Bin Ziyad khususnya

1. Kepala Humas LPIT Thariq Bin Ziyad, Bapak Dimyat S.Ag.



@dimyat1 :

Meski hari ini banyak yg merayakan dg berbagai macam ucapan dll tapi bkn berarti hari ini sj kt berbuat baik kpdnya

Selamat Hari Ibu 22 Desember 2014 Semoga Jasa-Jasanya diterima disisi-Nya, like lagu pilihan yang cocok di hari ibu ...

Mari ucapkan Selamat hari IBU 22 Desember 2014


2. Media Intajiyah Online, Media Ilmu dan Berita Pendidikan LPIT Thariq Bon Ziyad



@intajiyah :

Seminar Parenting "Orangtua Bijak Sahabat Anak" Bersama Drs. Irwan Rinaldi & SMAIT Thariq Bin Ziyad:  

Selamat Hari Ibu 22 Desember 2014 Semoga Jasa-Jasanya diterima disisi-Nya, like lagu pilihan...

3. Sohibul Imam, Wakil Ketua DPR RI



@msi_sohibulimam :

Dekat dipeluk. Jauh didoakan. Sakit diobati. Dingin diselimutinya. Adakah sedetik terlewatkan dia rawat kita? Sdh kah kita balas?

Ku tahu dia sakit tp tdk pernah ngeluh. Ku tahu dia susah tp ttp senyum. Itulah Ibu, pantang nyusahin anak. Mari berbakti kpd Ibu

4. Politisi, Habib Abu Bakar




@aboebakar15 :

Apapun panggilan kita : Enyak, Emak, Inaq, Inang, Nande, Amak, Umay, Umak atau Ummi, semua sama

dialah yang telah mengandung kita dengan penuh kasih selama sembilan bulan QS Luqman :14

telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah QS Luqman : 14

5. Kepala Riset dan Pengebangan LPIT Thariq Bin  Ziyad, Mochamad Ahyar, M.Pd.



@mochamadahyar

Ibu aku slalu mencintaimu.. Aku selalu mendokanmu.. Agar tetp sehat dan taat dalm ibadah kpd Alloh diusia senjamu. Aamiiin. SELAMAT HARI IBU


Itulah cuplikan dari twitter mulai dari para pendidik sampai tokoh politik, semoga twit-twit mereka mencerminkan perhatian mereka terhadap permasalahan yang ada termasuk pandangan mereka pada hari spesial ini, Selamat hari Ibu "jasamu tiada tara, tiada bandingnya dibandingkan pengabdian anak-anakmu kepadanya". [DM]






Selasa, 16 Desember 2014

Pendidikan Islam Diantara 10 Kurikulum Pendidikan Nasional Yang Pernah Berlaku di Indonesia

"Saatnya Indonesia Jadi Kiblat Pendidikan Islam Dunia"


                                             Menteri Agama : Lukman Hakim Saifudin
                                              

Kurikulum Pendidikan Nasional 

Kurikulum merupakan dasar dan pedoman dalam menjalankan sistem pendidikan nasional. Sepanjang usia kenegaraan, Indonesia pun telah memiliki 10 kurikulum pendidikan.

Dikutip dari laman Ditjen Dikti Kemendikbud, Senin (15/12/2014), perubahan kurikulum itu terjadi pada 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan ini sendiri merupakan keniscayaan sebagai konsekuensi perubahan zaman. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan tersebut berasal dari internal Indonesia seperti sistem politik, sosial budaya, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Selain itu, faktor eksternal seperti tingkat daya saing antarnegara juga turut menentukan arah kurikulum pendidikan nasional.

Kemendikbud menyebut, sebagai seperangkat rencana pendidikan, kurikulum perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Meski demikian, perubahan tersebut tetap mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya ada pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Secara sederhana, periode 1947-1968 merupakan masa Kurikulum Rencana Pelajaran. Pada masa ini, pemerintah Indonesia yang baru lahir berupaya mengembalikan arah pendidikan yang berorientasi kolonial menjadi pendidikan sesuai kepentingan nasional.

Kemudian, pada periode 1975-1994, kurikulum dirancang untuk berorientasi pada pencapaian tujuan. Sistem pendidikan pada masa ini menekankan materi pelajaran dengan bersumber pada disiplin ilmu. Selain itu, pendidikan berfungsi untuk memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.

Periode berikutnya, adalah 2004-2006. Dua kurikulum yang berlaku adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KBK sendiri disusun untuk memenuhi pencapaian penguasaan keterampilan (skill) siswa untuk bertahan         menyesuaikan diri, dan berhasil di masa datang. Sedangkan melalui KTSP, sekolah dapat mengembangkan kurikulum pendidikan sesuai dengan kapasitas masing-masing, dengan mengacu pada stan dar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan.

Kurikulum Pendidikan Islam

Pendidikan Islam di Indonesia memiliki corak yang sangat beragam, sejak sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Pendidikan pesantren diakui sebagai corak pendidikan islam yang paling lama (tua) atau bersifat tradisional. Lalu berkembang dengan hadirnya madrasah di zaman kemerdekaan di bawah departemen atau kementrian agama. Selain mengembangkan madrasah beberapa aktivis pendidikan Islam atau yayasan pendidikan Islam membentuk juga sekolah nasional dengan bercorak keislaman. 

Maka lahirlah model sekolah swasta yang bernaung di bawah Departemen atau Kementrian Pendidikan Nasional seperti Sekolah Dasar (SD) Islam , Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam, Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam. Berbeda dengan madrasah yang berada di bawah kementrian agama Sekolah Islam model ini terkesan lebih modern dan adaptif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Maka pada saat itu terjadilah sedikit kesenjangan antara madrasah dengan sekolah.

Maka untuk menjembatani antara dua corak lembaga pendidikan Islam ini beberapa aktivis tarbiyah (pendidikan) Islam berupaya untuk menjembataninya. Dengan semangat pendidikan pesantren (tradisional) dan madrasah (depag/kemenag) mereka berupaya membentuk sekolah Islam yang bercorak modern tetapi tetap memegang teguh prinsip-prinsip pendidikan Islam baik yang ada di pesantren maupun madrasah. Mereka menamakan dirinya dengan “Sekolah Islam Terpadu”, mulai dari TKIT, SDIT, SMPIT sampai SMAIT.

Dalam mencari naungan lembaganya mereka ada yang tetap dengan corak tradisionalnya (pesantren terpadu) ada yang berada di bawah naungan Depag atau Kementrian Agama (Madrasah  Terpadu) ada juga yang memilih berada di jalur atau naungan kementrian pendidikan nasional (Sekolah Islam Terpadu).  Lalu apa persamaan dan apa yang membedakan antara ketiganya ? penulis pernah menulis tentang hal itu dengan judul “Menggagas Pendidikan Berbasis Al-Qur’an” dan  dimuat di harian Republika pada tahun 2009.

Yang intinya adalah apapun corak pendidikannya maka yang paling utama dari kurikulum pendidikan Islam adalah bagaimana pendidikan Al-Qur’annya. Meminjam istilah Direktur LPIT Thariq Bin Ziyad Bapak H. Andang Hendar, SE. MM.  kata beliau “apapapun kurikulumnya nilai-nilai dasarnya tetap ada pada A3B”. Maka wajarlah kalau menteri agama saat ini yaitu di zaman pemerintahan bapak Presiden dan Wapres Jokowi-JK, Bapak Lukman Hakim Saifudin  sangat optimis bahwa pendidikan Islam Indonesia akan menjadi “Kiblat Pendidikan Islam di Dunia”.
Semoga harapan itu masih dan selalu tetap ada pada sekolah-sekolah islam dan sekolah nasional lainnya bahwa kurikulum itu berubah adalah suatu keniscayaan, mulai dari Kurikulum  1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013, akan tetapi nilai-nilai dasar Indonesia harus tetap tumbuh dan kembang agar menjadi peradaban yang mendunia, Wallahu a’lam. [DM]

Diolah dari berbagai sumber :

http://www.infosaya.net/2014/12/15/ini-dia-10-kurikulum-pendidikan-yang-pernah-dipakai-indonesia/

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/14/12/17/ngp3wd-menag-saatnya-indonesia-jadi-kiblat-pendidikan-islam-dunia

Senin, 15 Desember 2014

Pernyataan Sikap JSIT Indonesia Terhadap Sikap Pemerintah Mengenai Kurikulum 2013



SIKAP JSIT ;
LANJUTKAN KURIKULUM 2013 ATAU GUNAKAN KURIKULUM 2006
DENGAN SEMANGAT KURIKULUM 2013
Merespon kebijakan menteri pendidikan dasar menengah dan kebudayaan yang mengintruksikan sekolah untuk menghentikan pelaksanakan kurikulum 2013 yang baru menerapkan satu semester dan kembali menggunakan kurikulum 2006. Dan bagi sekolah yang sudah tiga semester menerapkan kurikulum 2013 untuk terus melanjutkan atau bias kembali ke kurikulum 2006 dengan mengajukan keberatan. Ada kesan bahwa kurikulum 2006 lebih maslahat diterapkan daripada kurikulum 2013.
Dengan merujuk Landasan filosofis pendidikan Indonesia UU. SISDIKNAS No. 20 Th. 2003 ditegaskan « Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ». Kurikulum 2013 lebih pas untuk merealisasikan tujuan mulia ini.
JSIT Indonesia, berpandangan bahwa kurikulum 2013 telah menjadikan pembinaan karakter sebagai muatan yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang jelas terungkap dalam perumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kurikulum 2013 secara konseptual telah membangun keseimbangan aspek sikap, pengetahuan (kognitif) dan Keterampilan dan juga kesinambungan kompetensi antar level kelas. Keseimbangan sikap, pengetahuan Dan keterampilan ini tidak tampak dalam kurikulum 2006 yang terlalu cognitive oriented. kurikulum 2013 lebih mengedepankan semangat inquari dalam pembelajaran, melatih siswa lebih trampil, menumbuhkan jiwa nasionalisme dan kesadaran untuk semangat menjalankan perintah-perintah agama. Dengan demikian, Kurikulum 2013 sudah sejalan dengan visi dan misi serta tujuan pendidikan nasional.
Didasarkan pada tujuan pendidikan nasional dan konsep pendidikan Ibnu Shina yang melandasi stadar mutu SIT ,yaitu : “Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yg dimiliki seseorang. Potensi ini tidak terbatas fisik dan intelektual namun juga budi pekerti, moral-spiritual. Selain itu pendidikan juga harus mampu menyiapkan seseorang agar dapat hidup bermasyarakat dan bermakna untuk masyarakat” . Implementasi model pendidikan ini telah kami realisasikan sejak berdirinya sekolah-sekolah Islam Terpadu tahun 1993. Pembinaan karakter di SIT telah dilaksanakan bahkan jauh sebelum Kurikulum 2013 dilaksanakan. Pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Islam tidak sekedar menjadi bagian dari mata pelajaran tapi menjadi budaya sekolah inheren dengan seluruh sendi-sendi kehidupan di sekolah dan di luar sekolah.
Dengan demikian JSIT Indonesia menyerukan pada seluruh sekolah SIT yang bergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu :
  1. Agar Pendidikan karakter ini tetap menjadi warna utama Pendidikan di sekolah Islam Terpadu apapun bentuk kurikulumnya, sekolah-sekolah IT dapat menggunakan kurikulum 2013 atau dapat menggunakan kurikulum 2006 dengan semangat kurikulum 2013.
  2. Sambil menunggu kesungguhan pemerintah memperbaiki system pendidikan yang akan diterapkan, kami JSIT Indonesia sebagai Induk organisasi akan berupaya menyerdahanakan model penilaian yang menjadi momok guru dalam kurikulum 2013 dan akan menyiapkan guru-guru untuk merealisasikan pembelajaran berbasis ilmiah dan religius.
  3. Meskipun JSIT menilai banyak kelebihan kurikulum 2013 dibanding Kurikulum Sebelumnya, Kami mendukung segenap upaya pemerintah untuk mengevaluasi kurikulum 2013 dalam tataran konseptual maupun pelaksanaan. Dengan belajar dari pengalaman penerapan kurikulum 2006 atau KTSP yang menurut hemat kami juga memiliki banyak kekurangan terutama dalam teknis pelaksanaannya di lapangan, tidak dipungkiri terdapat berbagai macam kekurangan dan bahkan kerancuan terutama dalam implementasi seperti pengadaan buku penunjang, rekrutmen instruktur nasional, pelatihan guru, dsb. Sehingga diharapkan kurikulum 2013 akan semakin sempurna ketika akan ditetapkan secara menyeluruh di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.
  4. JSIT Indonesia akan terus mendorong Pemerintah khususnya kemendikbud agar senantiasa berkomitmen untuk menjadikan karakter dan nilai-nilai spiritual menjadi pondasi Pendidikan Indonesia dalam pengembangan kompentesi peserta didik. Diharapkan dengan pendidikan karakter dan kompetensi yang dikembangkan tersebut akan menjadikan bangsa Indonesia terhormat dan bermartarbat dalam pergaulan antar-bangsa di dunia.
Jakarta, 9 Desember 2014
Ketua Umum JSIT Indonesia
ttd
Sukro Muhab
Sumber : jsit-indonesia.com

Minggu, 07 Desember 2014

Tak Hanya Mantan Menteri M. Nuh, Kepala Sekolah ini juga Kecewa "KURTILAS" Dihentikan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan membatalkan pelalsanaan kurikulum 2013 di 211.779 sekolah. Tapi, kurikulum baru itu tetap diterapkan di 6.221 sekolah yang sudah menerapkan kurikulum ini selama tiga semester.

Muncul pro dan kontra terhadap keputusan itu, termasuk dari pihak sekolah. Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Padang Yenni Putri menyatakan suka dengan Kurikulum 2013. Sebab, sistem pembelajaran yang bagus. “Penilaian secara otentik dan pembelajaran juga saintifik,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 6 Desember 2014.

Kata Yenni, Kurikulum 2013 menuntut guru dan siswa lebih kreatif. Namun, harus didukung dengan kompetensi guru, pelatihan dan sarana yang lengkap.

Menurut Yenni, sebagian guru mengaku kecewa dengan kebijakan pencabutan Kurikulum 2013. Sebab, sistem pendidikan balik lagi ke belakang. “Dana yang dihabiskan juga cukup banyak untuk ini,” ujarnya. 

Yenni mengaku, sekolah bingung dengan penarikan ini. Apalagi, hingga saat ini, surat edarannya belum tiba di sekolah-sekolah. “Kita baru mengetahui melalui running teks televisi,” ujarnya.

Saat ini siswa sedang mempersiapan ujian semester. Setelah itu mereka akan menerima rapor. “Apakah yang dipakai itu rapor kurikulum 2013 atau kurikulum 2006. Itu juga membingungkan,” ujar Yenni.

Kepala Sekolah Menengah Atas Taman Siswa Ki Jal Atri Tanjung justru gembira dengan ditariknya Kurikulum 2013. Sebab, penetapan kurikulum ini terkesan mendadak. “Kembali ke Kurikulum 2006 ini satu hal yang positif. Ketimbang ditengah jalan baru dirubah,” ujarnya

Kata Atri, konsep Kurikulum ini sebenarnya cukup baik. Tapi pelaksaannya mengalami kesulitan. Misalnya, sekolah diwajibkan menggunakan perakatan IT, dengan menyediakan LCD dan laptop di setiap kelas.

“Selain itu, siswa kita belum terbuda mencari sendiri. Masih dari guru,” ujarnya.

Sebaiknya, kurikulum 2006 yang sudah jalan hampir delapan tahun itu harus dievaluasi. “Kekuarangan itu yang harus diperbaiki. Jika ingin menerapkan Kurikulum 2013 muingkin bisa pada tahun 2015 atau 2016. Butuh penyesuaian,” ujar Atri.

Namun, kata Atri, selama satu semester penerapan kurikulum ini sudah banyak pengeluaran biaya. Diantaranya untuk pembelian buku. “Kita juga telah melakukan pelatihan bagi guru. Itu sudah selesai semuanya. Tapi kebijakan ini harus kita hormati,” ujarnya.

Sumber : Infosaya.Net

Mantan Menteri Pendidikan M. Nuh Sesalkan Pemerintah yang Menghentikan Kurikulum 2013

                                                            
                          (Manajer Umum dan Sapras LPIT Thariq Bin Ziyad Bapak Hadhy Slamet Riyanto, Peduli Kurikulum 2013)


Penolakan  kurikulum 2013 disesalkan oleh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Nuh tetap berpendapat, Kurikulum tersebut memiliki sejumlah kelebihan ketimbang kurikulum sebelumnya.

Penolakan sejumlah guru atas kurikulum tersebut juga membuat Nuh prihatin. Menurut Nuh, pendidikan bukanlah hal yang ringan, sehingga perbaikan yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 semestinya disikapi dengan bijak dengan mempertimbangkan banyak segi, bukan hanya soal berat ringannya kurikulum tersebut bagi kalangan guru maupun anak didik.

"Pendidikan bukan urusan senang tidak senang. Memang Kurikulum 2013 lebih berat tapi itu yang dibutuhkan generasi mendatang," ujar Nuh, Minggu, 7 Desember 2014.

Kurikulum 2013 diklaim Nuh memang menuntut guru keluar dari kemapanan yang selama ini difasilitasi oleh kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru pun, menurut Nuh, dituntut bekerja ekstra keras untuk membantu siswa agar berpartisipasi aktif. Guru memang harus mampu mendeskripsikan secara lengkap partisipasi aktif siswa tersebut.

Hal ini lah yang ditengarai M. Nuh sebagai alasan penolakan kurikulum 2013 oleh kalangan pendidik. Pasalnya, mengamati partisipasi siswa, kemudian menuliskan dan mengevaluasi secara kualitatif deskriptif memang bukan pekerjaan ringan. Karena anak didik tak dinilai hanya berdasarkan pencapaian kemampuan akademik yang dirupakan dalam angka, namun partisipasi aktif siswa diukur secara lengkap dan objektif.

Kurikulum ini membantu siswa mengenali kelebihan dan kekurangannya secara lengkap, bukan hanya diukur dari pencapaian hasil evaluasi yang berupa angka semata. Tugas para pendidik untuk menjabarkan kinerja para anak didik tersebut memang tidak ringan. Karena para pendidik harus mampu menguraikan hasil evaluasi tersebut dalam sebuah uraian lengkap yang menggambarkan kekurangan dan kelebihan siswa dalam tiap-tiap bidang studi.

Kewajiban evaluasi atas kompetensi siswa yang menuntut para guru untuk mampu mengenali dan mampu menuliskan secara lengkap kondisi siswa itulah, menurut mantan mendiknas Nuh, yang membuat guru merasa berat.

"Padahal evaluasi dengan kualitatif deskriptif itu lebih baik. Tanya saja pada anak-anak menteri yang sekolah di sekolah bagus, semua pakai cara itu."

Nuh menyadari, tak semua pendidik mampu mengamati dan mendeskripsikan kondisi tiap  siswa dengan baik. Oleh karena itu, kurikulum 2013 juga memberikan klinik konsultasi bagi para guru. Nuh mengatakan, kurikulum 2013 disusun untuk membantu siswa menjadi lebih baik.

"Tidak ada yang ringan dalam urusan pendidikan untuk generasi masa depan," ujar Nuh.

Menyoal kekurangan dalam kurikulum 2013, mantan menteri yang pernah menjabat sebagai rektor Institut Teknologi Surabaya ini berharap, Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan di kabinet Jokowi mampu memperbaiki kekurangan yang ada pada Kurikulum 2013 dan secara objektif mampu meneruskan hal baik yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut.
Sumber : Piyungan Online

Alasan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan Hentikan Kurikulum 2013 (Kurtilas)

     (Direktur LPIT dan Pengurus Yayasan Thariq Bin Ziyad, Saat Halal Bihalal 1435 H)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan perubahan kurikulum di Indonesia mempunyai dampak positif. Perubahan kurikulum dinilai akan memberikan dampak setelah adanya perbaikan dalam proses penerapan.
"Jadi kurikulum itu merupakan suatu produk yang selalu disiapkan secara matang di seluruh dunia. Kalau menerapkan kurikulum dimana-mana kurikulumnya harus matang dulu dievaluasi dan diperbaiki."kata Anies di Museum Prangko, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu (6/12/2014).
Menurutnya, kurikulum yang telah dievaluasi baru bisa diseluruh sekolah-sekolah di Indonesia. Beberapa persoalan yang dievaluasi terkait kurikulum 2013 yaitu konsistensi ide dengan desain, konsistensi desain dengan materi ajar serta dampaknya yang belum terlihat.
"Yang terjadi di 2013 kurikulum dilaksanakan di seluruh Indonesia padahal belum dievaluasi. Jadi itu semua belum dievaluasi tapi sudah dilaksanakan diseluruh sekolah,"ucap mantan Rektor Universitas Paramadina.
Belum berjalannya evaluasi kurikulum 2013 menyebabkan beberapa persoalan yang dihadapi guru maupun murid. Anies menyebut banyak dari guru dan anak merasa kurikulum 2013 membebani mereka. Beberapa persoalan lain dalam kurikulum 2013 yaitu terkait masalah buku, pelatihan guru, serta masalah lainnya.
"Kan kita belajar buat anak-anak senang. Bukan belajar bersenang-senang ya tapi belajar yang menyenangkan. Ini menjadi landasan kurikulum ini harus diperbaiki dulu karena itu dihentikan,"ujar Anies.
Penggagas program Indonesia Mengajar itu mengatakan proses belajar mengajar seharusnya menjadi hak yang menyengangkan. Bukan disibukkan dengan administrasi karena perubahan kurikulum yang teburu-buru.
"Jadi sekarang kita jalankan kurikulum 2006 dan di kurikulum 2006 itu pun ada pendekatan tematik dan integratif. Wong kurikulum tahun 2006 itu ada ruangan untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan," kata Anies.

Sumber : Tribun News Pekan Baru

Jumat, 05 Desember 2014

Kurikulum 2013 Akhirnya Dihentikan, Sekolah Yang Belum Ditugaskan Kembali ke Kurikulum 2006 (KTSP)



                          (Salah satu sekolah inti, SDIT Thariq Bin Ziyad Bekasi tetap gunakan Kurikulum 2013)

JAKARTA - Setelah menghela nafas panjang, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan blak-blakan memaparkan rapat perdana revisi Kurikulum 2013 (K13) di Jakarta kemarin.
Kesimpulannya, K13 merupakan barang yang setengah matang. Parahnya lagi dipaksanakan untuk diberlakukan di seluruh Indonesia.

Dalam rapat perdana itu, Anies mengumpulkan mantan pejabat dan pejabat aktif Kemendikbud yang terlibat membidani kelahiran K13. Diantaranya mantan wakil Mendikbud Musliar Kasim dan mantan Kepala Balitbang Kemendikbud Khairil Anwar Notodiputro. Selain itu dia juga mendatangkan Dirjen Pendidikan Dasar Hamid Muhammad dan Kepala Balitbang Kemendikbud Furqan.

Sedangkan pihak yang memegang kunci untuk menyampaikan review impelemntasi adalah Kepala SMAN 76 Jakarta Retno Listyarti dan pakar kurikulum Weilin Han. "Kita sengajar hadirkan pihak dari luar untuk me-review. Supaya jernih analisanya," kata Anies saat ditemui setelah salat Maghrib tadi malam.

Menteri asal Kuningan, Jawa Barat itu mengatakan ada dua kesimpulan penting dalam pertemuan evaluasi K13 ini. Pertama adalah kurikulum yang diluncurkan tahun lalu itu adalah kurikulum yang setengah matang dan dipaksakan untuk dijalankan di seluruh Indonesia. Kedua Kemendikbud menerjunkan tim untuk mendeteksi seberapa mentahnya kurikulum ini di lapangan.

"Saya ini menerima warisan masalah kebijakan implementasi kurikulum," jelas dia. Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu memaparkan, banyak sekali indikator bahwa K13 ini belum matang dan dipaksakan. Seperti ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan materi yang diajarkan dalam buku pelajaran.


Masalah lainnya adalah soal evaluasi pendidikan. Banyak guru yang kesulitan menjalankan evaluasi K13 yang berbasis diskripsi. Menurut Anies sistem ini mudah dijalankan di Eropa. Sebab jumlah siswa dalam satu kelas hanya 20 anak dan gurunya ada 2-3 orang. Sementara di Indonesia, seorang guru mengajar hingga 40 siswa.

Bagi mantan rektor Universitas Paramadina itu, kekurangan K13 itu merupakan buah dari keputusan pemerintah yang tergesa-gesa. Dia mencontohkan seperti orang yang ditugasi menulis buku dalam waktu yang singkat. Tentu potensi terjadi kesalahan atau bolong-bolong dalam tulisannya semakin besar.

Terkait urusan buku K13 yang belum komplit pendistribusiannya, bagi Anies adalah gambaran teknis ketidaksiapan implementasi. Dia lantas membandingkan implementasi K13 ini dengan Kurikulum 2006 atau akrab dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kuriulum 2006 ini ternyata mulai diterapkan pada 2004. Itu artinya terdapat 2 tahun masa ujicoba sebelum dijalankan secara menyeluruh.

Menurutnya implementasi K13 tahun ini difokuskan kepada 6.400 unit sekolah percontohan dulu. Setelah itu harus ada laporan balik (feedback) dari sekolah untuk dianalisa Kemendikbud. Tetapi yang terjadi adalah, K13 tahun ini dipaksanakan diterapkan di 200 ribu lebih sekolah SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia.

Pencetus gerakan Indonesia Mengajar (IM) itu berharap, meskipun nyata-nyata K13 setengah matang, para guru diminta untuk tidak terlalu khawatir atau cemas.
"Meski saya akui guru-guru sekarang sudah cemas," jelasnya. Kemendikbud menargetkan keputusan final nasib K13 ini Desember nanti. Bertepatan dengan berakhirnya semester I tahun ajaran 2014/2015.

Salah satu reviewer evaluasi K13 Retno Listyarti menuturkan, dia kemarin membeber semua dokumen kelemahan implementasi K13. "Saya beberkan hasil analisa kami beberapa bulan terakhir," katanya.

Kepala sekolah berkerudung itu mengatakan, Kemendikbud harus tegas menghentikan sementara (moratorium) implementasi K13. Moratorium itu digulirkan selama Kemendikbud merevisi K13 sampai tuntas. Selama masa moratorium, pembelajaran dikembalikan kembali ke Kurikulum 2006 (KTSP). 

Sumber : jpnn.com

Jumat, 28 November 2014

Kebangkitan Bangsa Dimulai dari Ruang Kelasnya




Jakarta (Dikdas): Kunci kemajuan pendidikan terletak di bahu guru. Sebab pada merekalah siswa-siswi Indonesia menimba ilmu untuk bekal masa depan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, keteguhan menjalani tugas mulia itu menegaskan bahwa guru tak sekadar mengajar dan mendidik, tetapi juga menginspirasi dan melukis wajah masa depan Indonesia.
Tanggung jawab besar itu, tambah Anies, sedianya tak hanya dipikul olehguru. Kepala sekolah dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan harus berperan serta dalam peningkatan kualitas proses pendidikan. “Jika kita sebagai guru meningkatkan kompetensi dan inovasi dalam mengajar, dampak pada anak kita sangat luar biasa,” ucapnya ketika memberi sambutan pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2014 dan Hari Ulang Tahun ke-69 Persatuan Guru Republik Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 27 November 2014.
Lebih jauh Anies mengatakan bahwa guru bukan sekadar profesi dalam mengajar dan mendidik siswa. Dalam proses yang di jalaninya, guru tengah menyiapkan kebangkitan Indonesia untuk menjadi salah satu negara besar dunia. “Kebangkitan itu dimulai di ruang kelas,” tegasnya. “Berbagai negara membuktikan bahwa kemajuan dimulai dari perubahan di sekolah.”
Bisa jadi guru tidak menyaksikan hasil pengajaran terhadap anak didiknya secara langsung. Namun ia meyakinkan bahwa suatu saat generasi yang mereka lahirkan akan mengatakan bahwa anak-anak itu bisa membangun suasana baru Indonesia atas jasa para guru yang telah memberi inspirasi.

Anies juga menyampaikan bahwa peningkatan kualitas guru menjadi tanggung jawab konkret setiap guru. Kinerja murid dipengaruhi kinerja guru-gurunya. Jika guru terampil, muridnya juga akan terampil. Bila gurunya berkarakter, anak-anaknya pun ikut berkarakter. “Jika gurunya menyenangkan, insya Allah anak-anaknya akan menyenangkan,” ujarnya.
Ayo berbenah dan berlomba menjadi sekolah/kelas Inspiratif dan menyenangkan :




Sumber tulisan : Fb Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.