Suatu pagi handpond
penulis tiba-tiba berkelap-kelip,
pertanda ada pesan masuk. Klik. Terpampang tulisan terkirim dari seorang
ibu Kepala Sekolah (sebut saja Bu Titik). Bu Titik menulis :”Pendididikan yang
baik adalah pendidikan yang mencakup 3 unsur yaitu PKS. Maaf penulis sedikit
berprasangka negatif alias su’udhan, :”Wwalah, belum-belum sudah kampanye”,
batin penulis. Itu gara-gara singkatannya sama dengan nama sebuah partai
politik yang sedang digandrungi kawula muda. Setelah dibaca lebih lanjut, tidak ada kaitannya
dengan sebuah partai politik. PKS adalah singkatan dari Pengetahuan,
Keterampilan dan Sikap.
PENGETAHUAN,
dimaksudkan bahwa dengan ilmu pengetahuan yang luas kita akan mengenal makna CINTA yang
sebenarnya. Betul juga ya. Baik cinta hamba kepada Sang Kholiq maupun cinta
kepada sesama. Pengetahuan yang baik akan memberikan arah cinta kita kepada
yang baik, baik dari sisi cara, muatan maupun tujuan “bercinta”.
KETRAMPILAN,
dimaksudkan bahwa pendidikan yang membekali dengan ketrampilan hidup yang
cukup, akan melahirkan etos (semangat) KERJA yang baik. Karena dunia menuntut
pribadi-pribadi yang terampil.
SIKAP, dimaksudkan
bahwa penanaman sikap yang baik sejak dini akan menjadi bekal untuk mewujudkan
HARMONI. Harmoni, keselarasan, keseimbangan dan keadilan akan menciptakan
kehidupan yang damai , saling menghargai, bertoleransi dan empati.
Sipakah yang
bertanggungjawab melaksanakan tiga unsur PKS tadi agar tercapai CINTA, KERJA
dan HARMONI, ya tentunya setiap lembaga
dibawah naungan PKS juga. Alhamdulillah kali ini penulis tidak berburuksangka,
karena yakin PKS ini pasti juga singkatan. Ternyata benar. PKS singkatan dari
Pesantren, Kampus dan Sekolah.
PESANTREN, sejak
dulu pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengambarkan lembaga Keislaman.
Disanalah seluk beluk ilmu keislaman digali dan diajarkan, sehingga wajar para
ulama ternama adalah buah pendidikan dari pesantren. (Istilah bu Titik :
Pesantren sebagai Simbol Keislaman).
KAMPUS, mungkin
kita masih ingat Universitas Indonesia, sering mendapatkan julukan KAMPUS
PERJUANGAN. Dari kampus semacam ini tumbuhnya gerakan Perubahan. Bukankah
tumbangnya ORDE BARU menjadi ORDE REFORMASI berkat semangat perubahan
insan-insan Kampus. Pantaslah bu Titik, menulis Kampus sebagai simbol Perubahan
(boleh dibaca: Perjuangan).
SEKOLAH, sebuah lembaga pendidikan umum,
lembaga pendidikan khusus ataupun lembaga pendidikan terpadu merupakan basis
terlaksananya kegiatan ajar mengajar. Atau sering kita sebut SEKOLAH merupakan
simbol PEMBELAJARAN.
PESANTREN, KAMPUS
dan SEKOLAH adalah Punya Kita Semua. Termasuk Indonesia, wujudkan pendidikan
yang mengembangkan Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap menuju CINTA, KERJA dan
HARMONI
Persoalan
berikutnya adalah dimanakah kita menemukan lembaga pendidikan yang PKS tersebut?.
Mari kita telusuri beberapa fenomena disekitar kita, dengan menganalisa dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mengapa Kalangan Menengah Atas Memilih
Full Day School (atau Pesantren Modern)?
Fenomena atau
kenyataan yang ada , beberapa sekolah Islam Terpadu yang menerapkan fullday
school (belajar dari pagii hingga sore hari) banyak dipilih oleh kalangan
menengah ke atas, hal ini terbukti banyaknya pendaftar dengan latar belakang
ekonomi cukup baik, antara lain terlihat calon wali murid datang dengan
bapak/ibu beserta kelurganya dengan mobil cukup lumayan, minimal Avanza. Belum
lagi jika ada acara pengambilan raport atau santri mau liburan, lahan parkir
sekolah penuh sesak dengan mobil-mobil cukup mewah. Ada beberapa alasan mengapa
memilih fullday school atau pesantren modern, diantaranya adalah:
1.
Menginginkan anak yang shaleh dan
cerdas.
Sudah menjadi kenyataan umum bahwa
lingkungan pergaulan jaman sekarang tidaklah mudah untuk menjaga anak tetap
pada “rel” yang baik. Godaan berbuat maksiat sungguh sangat gencar. Narkoba
mengancam generasi muda dimana-mana. Salah satu penangkalnya adalah menyiapkan
generasi yang shaleh dan cerdas, pribadi yang berakhlak mulia, sehingga mampu
mengatasi jebakan kemungkaran yang bertubi-tubi.
2.
Kesibukan Kerja menjadi salah satu
alasan
Hampir semua orang tua berada diluar
rumah dari pagi hingga petang. Kesempatan mendidik anak sangat terbatas. Salah
satu jalan adalah meninitipkan pendidikan anaknya di sekolah yang mengajarkan
ahlak, al qur’an, akademik dan bahasa yang maksimal, sehingga diharapkan dapat
mengisi gap ketidaksempatan orang tua mendidik anak secara maksimal.
3.
Biaya terjangkau dan efisien.
Bagi kalangan menengah ke atas biaya
memang bukanlah menjadi kendala, tetapi mereka seperti kebanyakan kita juga
harus berhitung cermat dengan kebutuhan ekonomi keluarga lainnya. Fullday
school, memberikan layanan yang cukup baik termasuk layanan kemampuan membaca
Al qiur’an, hafalan do’a dan surat-surat pendek, ketrampilan beribadah,
kemampuan bernahasa asing (Arab, Inggris) dan kegiatan ekstrakuler lainnya.
Kegiatan-kegitan seperti ini cukup
memberikan dukungan efisiensi biaya pendidikan, jika dibandingkan sehabis
sekolah masih harus kursus bahasa, mengaji di madrasah atau di masjid terdekat,
hal inidirasa pemborosan waktu istirahat anak dan biaya tambahan diluar biaya
sekolah.
4.
Lingkungan masih setara dengan
lingkungan rumah
Lingkungan sekolah Islam terpadu ataupun
pesantren modern umumnya masih setara dengan lingkungan dirumahnya. Ada kamar
mandi/WC yang bersih, ruangan be AC, ada tempat bermain, kelengkapan multi
media dsb, dirasa cocok untuk anak-anaknya yang sedang berkembang mengikuti
tren perkembangan tehnologi informasi. [HSR]
(Sumber
Inspirasi: SMS Bu Siti Rohayati, S.Pd.)