(Bersama Bapak Bambang Setiawan, Staf Ahli Direktur LPIT Thariq Bin Ziyad)
Pertanyaan:
Di sekolah Islam terpadu itu berapa persen pelajaran agama
dan berapa persen pelajaran umum?
(IFL, di Prumnas Klender)
Jawaban:
Saya tidak mengetahui secara persis apa yang
melatarbelakangi munculnya pertanyaan ini. Apakah karena adanya kategorisasi
sekolah: pesantren, madrasah, dan sekolah umum? Atau karena faktor lain. Kalau
melihat dari sisi kategorisasi tersebut, tentu kita dapat mengetahui secara
jelas perbedaan antara ketiga jenis pendidikan tersebut. Akan tetapi setelah
itu muncul lagi istilah baru dalam dunia persekolahan: “Sekolah Islam Terpadu”.
Apanya yang terpadu? Bagaimana pelajaran agamanya? Berapa lama waktu
belajarnya? Bagaimana kualifikasi guru-gurunya? Dan pertanyaan lain yang ada di
benak pembaca semuanya.
Walaupun banyak aspek yang dapat diungkap dari sekolah Islam
terpadu (SIT), kita hanya akan membahas sesuai dengan pertanyaan di atas.
SIT adalah sekolah yang memadukan pelajaran agama dan
pelajaran lainnya (baca: umum) melalui proses manajemen pembelajaran tertentu
sehingga dapat membentuk sebuah “attitude” (sikap) dari peserta didik. Istilah
“memadukan” berarti membuat supaya menjadi satu.
Artinya SIT menginginkan
peserta didiknya memiliki kompetensi akademik dan akhlak yang sudah menjadi
satu. SIT sangat memahami bahwa untuk terbangunnya akhlak bagi para peserta
didik bukan hanya bersumber dari buku paket pelajaran pendidikan agama, tapi
juga bersumber dari keteladanan para pendidik dan tenaga kependidikan (tenaga
tata usaha sekolah dan tenaga lainnya non kependidikan).
Oleh karena itu, para
tenaga pendidik dari SIT memiliki kekhasan tersendiri. Mereka direkrut melalui
proses seleksi yang mengarah pada kualifikasi keahlian professional dan sikap.
Para pendidik akan menjadi teladan bagi peserta didik. Maka sikap, kebiasaan,
mindset, intrapersonal skill, dan karakter mereka, termasuk standar pemahaman
mereka terhadap Islam, menjadi faktor yang sangat penting. Secara nyata, kita
akan melihat para tenaga pendidik di SIT adalah mereka yang menguasai bidang
pengajarannya juga memiliki sikap yang patut diteladani serta memiliki
pemahaman tentang keislaman, memenuhi standar dalam membaca Al Quran (tahsin)
dan memiliki beberapa juz hafalan Al Quran (tahfidz).
Pemahaman tentang
keislaman itu yang akan mewarnai setiap aktivitas pembelajaran di kelas maupun
dalam interaksi di luar kelas, meskipun mereka bukan guru agama. Nuansa
keislaman itu akan mewarnai semua aktivitas pembelajaran, baik pelajaran
matematika, sejarah, olah raga, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dsb.
Apabila ditinjau dari waktu belajar yang fullday, SIT
memiliki program khas yakni tahsin dan tahfidz. Program yang dapat membiasakan
para peserta didik untuk berinteraksi dengan Al Quran ini dapat dikatakan
sebagai salah satu nilai tambah dari SIT.
Kembali ke pertanyaan di atas, berapa persen pelajaran agama
dan berapa persen pelajaran umum?
Ya, benar. Para pembaca pasti sudah mengetahui jawabannya.
Di SIT tidak ada pembagian persentase pelajaran agama dan umum karena yang
terjadi adalah semua mata pelajaran disampaikan dengan atmosfir keislaman.
#KonsultasiPendidikan-1 : Kenapa perlu menyekolahkan anak ke sekolah unggulan?
[BS/DM]
0 komentar:
Posting Komentar