Senin, 16 November 2015

Filled Under:

Bela Anak-Anak dan Bangga Berjilbab, First Lady Emine Erdogan Bicara di KTT G20



First Lady Turki, Emine Erdogan tampil dengan jilbab kebanggaannya menjadi pembicara di KTT G20 yang digelar di kota Antalya Turki, 15-16 November 2015.

Jilbab sudah melekat pada diri Emine pada saat negara Turki masih melarang segala simbol agama. Bahkan saat menikah dengan Erdogan pada 4 Juli 1978, Emine tetap ngotot memakai jilbab walau dilarang negara. Ibu empat anak ini juga harus bersabar selama 10 tahun tidak boleh menginjakan kaki di istana negara walau suaminya jadi Perdana Menteri, karena konstitusi Turki saat itu masih melarang jilbab di semua institusi negara.

Kini, Emine sudah leluasa tampil di acara-acara kenegaraan dengan jilbabnya, termasuk saat hari Minggu kemarin menyampaikan pidato di forum KTT G20 terkait nasib pengungsi. Berikut liputannya dikutip dari media Turki Daily Sabah:

Emine Erdogan: Perempuan dan anak-anak membayar harga termahal dalam konflik

Ibu Negara Turki Emine Erdogan menghimbau Negara-negara maju untuk memiliki moral dan nilai etis yang lebih tinggi saat menghadapi para pengungsi.

Dalam pidato pembukaannya di panel gabungan Business 20-Women 20 tentang pengungsi perempuan di konferensi tingkat tinggi G20 di provinsi Antalya pada hari Minggu (15/11), Emine Erdogan berkata: “Sebagai seorang ibu, saya tak dapat menerima fakta bahwa anak-anak tenggelam di lautan dan kehilangan nyawa mereka karena ingin melewati kawat berduri. Orang-orang yang selalu terkena dampak paling buruk dari tragedi kemanusiaan adalah perempuan dan anak-anak,” sebutnya.

“Apa yang ada di dalam tas seorang pengungsi selain ketakutan dan ketidakjelasan? Bagaimana tubuh-tubuh kecil anak-anak dapat menerima beban seberat itu? Tiap-tiap dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, manusia seperti kita. Mereka punya harapan, mereka punya rencana untuk masa depan dan mereka memiliki perasaan,” tambahnya.

Beliau menyebut bahwa perempuan dan anak-anak membayar harga terbesar dalam tragedi-tragedi global yang terus berlanjut.

“Kita harus mengatakan ‘berhenti’ terhadap semua bentuk kekejaman tanpa mendiskriminasi berdasarkan bahasa, agama dan ras. Kita tidak boleh mengorbankan perempuan dan anak-anak untuk agama dalam perang dan pertempuran apapun,” sebutnya.

“Pikirkanlah seorang ibu yang menyelamatkan diri dari zona pertempuran, yang ia bawa hanyalah resiko untuk dirinya sendiri dan ia juga membawa resiko untuk anak-anaknya,” tambah Emine Erdogan.

Beliau menyebutkan bahwa 65.000 bayi telah lahir di berbagai kamp pengungsi di Turki sejak 2011 dimana Turki menampung sekitar 2 juta pengungsi.

“Kebutuhan/persyaratan dasar dari Negara-negara maju yang lebih besar harus ditujukan untuk menjaga nilai-nilai manusia setinggi mungkin. Dalam aspek ini, saya mengundang komunitas internasional untuk mengambil sikap lebih etis dan bermoral kepada para pengungsi. Dan saya ingin mengundang semua pemimpin dan pasangan mereka, dunia bisnis, masyarakat sipil dan bos-bos media untuk bekerja bersama.”

Sang ibu Negara juga memuji pencapaian Turki dalam isu-isu perempuan. “Turki telah memberikan perhatian yang besar kepada perempuan dalam G20 dengan memasukkan mereka kedalam agenda,” sebutnya.

Grup perempuan 20, yang berfokus dalam mempromosikan inklusivitas dan kesetaraan gender, dibentuk dibawah kepresidenan Turki di G20.

Beliau juga menyoroti tinggi angka partisipasi di grup Bisnis20.

“Pada KTT G20 tahun-tahun sebelumnya rata-rata 300 perusahaan berpartisipasi di setiap KTT, tetapi dibawah kepresidenan Turki, angka tersebut telah meningkat menjadi 700 perusahaan. Sekarang, kita mengetahui bahwa B20 memiliki kualitas yang lebih komprehensif,” sebutnya. [PiyunganOnline]

Ditererjemahkan dari bahasa Inggrisnya :

Turkey's First Lady Emine Erdoğan has urged developed countries to maintain higher moral and ethical values when dealing with refugees.

In her opening remarks to the Business 20 - Women 20 joint panel on female refugees at the G20 Summit in southern Antalya province Sunday, Erdoğan said: "As a mother, I cannot accept the fact that children are drowning at sea and are losing their lives trying to pass through wire fences.

"The most effected people from human tragedy are women and children as always," she said.

"What can be in bag of a refugee but fear and uncertainty? How can the tiny bodies of children carry such heavy burdens? Every one of them are women and children, humans like us. They have hopes and plans for future and they have feelings," she added.

She said that women and children were paying the highest price in the ongoing global tragedies.

"We should say stop to all kinds of cruelty without discriminating on the basis of language, religion and race. We should not sacrifice women and children to religion in any kind of fight and war," she said.

"Think of a mother who escapes from a war zone, she is only taking the risk for herself and she is also taking a risk for her children," she said.

She noted that 65,000 infants have been born at Turkish refugees camps since 2011.

"The basic requirement of bigger developed countries should be to keep human values as high as possible. In this aspect, I invite the international society to stand more ethically and more morally in terms of refugees. And I would like to invite all leaders and their spouses, business world, civil society and media bosses to work together."

The first lady also praised Turkey's achievement on women issues. "Turkey has attached great importance to women at the G20 by including them on its agenda," she said.

The Women 20 engagement group, which focuses on promoting gender inclusiveness and gender equality, was formed under the Turkish presidency of G20.

She also highlighted the high numbers of participation in the B20 group.

"In the past G20, an average of 300 companies participated in the summit, but under the Turkish presidency, the number has increased to 700 companies. Now, we know that B20 has a more comprehensive quality," she said.
[www.dailysabah.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.