Minggu, 07 Desember 2014

Filled Under:

Mantan Menteri Pendidikan M. Nuh Sesalkan Pemerintah yang Menghentikan Kurikulum 2013

                                                            
                          (Manajer Umum dan Sapras LPIT Thariq Bin Ziyad Bapak Hadhy Slamet Riyanto, Peduli Kurikulum 2013)


Penolakan  kurikulum 2013 disesalkan oleh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Nuh tetap berpendapat, Kurikulum tersebut memiliki sejumlah kelebihan ketimbang kurikulum sebelumnya.

Penolakan sejumlah guru atas kurikulum tersebut juga membuat Nuh prihatin. Menurut Nuh, pendidikan bukanlah hal yang ringan, sehingga perbaikan yang dirumuskan dalam kurikulum 2013 semestinya disikapi dengan bijak dengan mempertimbangkan banyak segi, bukan hanya soal berat ringannya kurikulum tersebut bagi kalangan guru maupun anak didik.

"Pendidikan bukan urusan senang tidak senang. Memang Kurikulum 2013 lebih berat tapi itu yang dibutuhkan generasi mendatang," ujar Nuh, Minggu, 7 Desember 2014.

Kurikulum 2013 diklaim Nuh memang menuntut guru keluar dari kemapanan yang selama ini difasilitasi oleh kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru pun, menurut Nuh, dituntut bekerja ekstra keras untuk membantu siswa agar berpartisipasi aktif. Guru memang harus mampu mendeskripsikan secara lengkap partisipasi aktif siswa tersebut.

Hal ini lah yang ditengarai M. Nuh sebagai alasan penolakan kurikulum 2013 oleh kalangan pendidik. Pasalnya, mengamati partisipasi siswa, kemudian menuliskan dan mengevaluasi secara kualitatif deskriptif memang bukan pekerjaan ringan. Karena anak didik tak dinilai hanya berdasarkan pencapaian kemampuan akademik yang dirupakan dalam angka, namun partisipasi aktif siswa diukur secara lengkap dan objektif.

Kurikulum ini membantu siswa mengenali kelebihan dan kekurangannya secara lengkap, bukan hanya diukur dari pencapaian hasil evaluasi yang berupa angka semata. Tugas para pendidik untuk menjabarkan kinerja para anak didik tersebut memang tidak ringan. Karena para pendidik harus mampu menguraikan hasil evaluasi tersebut dalam sebuah uraian lengkap yang menggambarkan kekurangan dan kelebihan siswa dalam tiap-tiap bidang studi.

Kewajiban evaluasi atas kompetensi siswa yang menuntut para guru untuk mampu mengenali dan mampu menuliskan secara lengkap kondisi siswa itulah, menurut mantan mendiknas Nuh, yang membuat guru merasa berat.

"Padahal evaluasi dengan kualitatif deskriptif itu lebih baik. Tanya saja pada anak-anak menteri yang sekolah di sekolah bagus, semua pakai cara itu."

Nuh menyadari, tak semua pendidik mampu mengamati dan mendeskripsikan kondisi tiap  siswa dengan baik. Oleh karena itu, kurikulum 2013 juga memberikan klinik konsultasi bagi para guru. Nuh mengatakan, kurikulum 2013 disusun untuk membantu siswa menjadi lebih baik.

"Tidak ada yang ringan dalam urusan pendidikan untuk generasi masa depan," ujar Nuh.

Menyoal kekurangan dalam kurikulum 2013, mantan menteri yang pernah menjabat sebagai rektor Institut Teknologi Surabaya ini berharap, Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan di kabinet Jokowi mampu memperbaiki kekurangan yang ada pada Kurikulum 2013 dan secara objektif mampu meneruskan hal baik yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut.
Sumber : Piyungan Online

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.