Siapa bilang tugas pendidikan itu hanya sekolah, guru dan
pendidik. Tugas mendidik itu ternyata tugas rumah tangga (keluarga), masyarakat
dan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, termasuk para kepala
daerah, adalah pemimpin sekaligus pendidik bagi penduduk di wilayahnya. Dalam
presfektif Islam , peran kelurga sangat sentral dalam pendidikan.
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” QS. At-Tahrim (66) ayat 6
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional kita, ada satu bab
khusus yaitu bab empat yang membahas tentang Hak dan kewajiban warga Negara
(Bagian 1), Hak dan kewajiban Orangtua (Bagian 2), Hak dan Kewajiban Masyarakat
(Bagian 3) Hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah (Bagian 4).
Selanjutnya pendidikan nasional di Indonesia diselenggarakan
oleh satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Melalui berbagai macam jalur mulai jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal.
Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 UU Sisdiknas No 20 Tahun
2003:
“Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Cara Gubernur “AHER”
Menjelaskan Pentingnya “JUJUR
Dalam suatu kesempatan bertemu dengan rombongan Rihlah
Ilmiah pelajar kelas 5-6 dari SDIT Thariq Bin Ziyad Bekasi (15/9), Aher sapaan
akrab gubernur Jawa barat memberikan nasehat
dan arahan, serta terjadi dialog cerdas seperti
di bawah ini :
Guru Pembimbing :
Memberi salam!
Rombongan Siswa-Siswi
Thariq Bin Ziyad : Assalamu’alaikum Wr Wb.
Aher : Apa kabar anak-anak?
Rombongan Siswa-Siswi
Thariq Bin Ziyad : Alhamdulillah,
luar biasa, tetap semangat, Thariq Bin Ziyad HEBAT Allahu Akbar (jawabannya
dibantu oleh guru pembimbing)
Aher : jawabannya panjang amat, Yah anak-anakku
sekalian, yang saya hormati kepala sekolah bapak ibu guru, Alhamdulillh kita
skrg berada di halaman apa? Halama gedung? Gedung sate, Gedung sate ini
dibangun pada tahun 1920 yah sekarang sdh berumur 94 tahun, saya tinggal di
gedung pakuan, sudah tua belum? dari sisni kira-kira lima kilo dibangun pada tahun 1894 sudah 150 kurag
lebih, tapi Alhamdulillah baik gedung sate maupun gedung pakuan masih berdiri
kokoh, masih berdiri kokoh, masalahnya ada yang menggelitik. Mau tahu tidak? ….mau
tahu? ……siapa yang menjajah? eh, kok maaf
bukan yang menjajah tapi, siapa yang membangun gedung sate ini?
Siswa-Siswi Thariq
bin Ziyad (Sebagian) : Bapak dan
kakek saya ….. , penjajah ….. , manusia ….
Aher : penjajahnya siapa, jelas manusia yah,
manusia nya itu adalah insinyirnya, arsiteknya, enginernya yaitu bangsa ?
Siswa-Siswi Thariq
bin Ziyad (Sebagian) : Belanda ……
Aher : Siapakah Belanda saat itu?
Siswa-Siswi Thariq
bin Ziyad (Sebagian) : Penjajah ...
Aher : Penjajah jahat atau baik?
Siswa-Siswi Thariq
bin Ziyad (Sebagian) : Jahat …..
Aher : Baik gedung Sate maupun gedung Pakuan,
sama bahwa gedung tersebut dibangun oleh
Belanda meskipun pekerja kasarnya orang Indonesia, tapi ternyata sampai hari
ini gedung sate maupun gedung pakuon masih berdiri kokoh, bagus dan kuat. Tahukah
kalian apa rahasiahnya? Rahasianya adalah karena mereka membangun gedung itu
dilandasi dengan JUJUR.
Makanya kata para seniman
, kata para fotografer gedung sate ini difoto dari sebelah manapun tetap indah
dari depan dari belakang dari atas pun juga indah katanya, dari atas pun indah,
ini berarti berarti karya arsitektur yang sangat hebat.
Permasalahannya
bandingkan dengan gedung yang dibangun setelah Indonesia merdeka, Mengapa pada
usia sepuluh atau duapulu tahun sudah roboh. Padahal yang membangunnya itu pak
haji, habis tutup proyek membangun gedung lalu haji habis tutup proyek lalu umroh, tapi mengapa kok berbeda dengan yang di
bangun oleh mereka, padahal mereka penjajah dan tidak beragama Islam.
Itulah contoh seorang pemimpin daerah yaitu seorang gubernur
yang peduli dengan pendidikan generasi mudanya, terutama pelajar. Oleh karena itu marilah kita mencontoh nabi dan
rosul kita Muhammad SAW, agar kita menjadi orang-orang yang jujur (shiddiq),
dipercaya (amanah), melayani/menyampaikan (tabligh) dan cerdas (fatonah),
Wallahu a’lam [DM].
0 komentar:
Posting Komentar