Rabu, 24 September 2014

Filled Under:

Cara Gubernur “AHER” Menjelaskan Pentingnya “JUJUR”, Rihlah Ilmiah SDIT TBZ 2014


Siapa bilang tugas pendidikan itu hanya sekolah, guru dan pendidik. Tugas mendidik itu ternyata tugas rumah tangga (keluarga), masyarakat dan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, termasuk para kepala daerah, adalah pemimpin sekaligus pendidik bagi penduduk di wilayahnya. Dalam presfektif Islam , peran kelurga sangat sentral dalam pendidikan.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” QS. At-Tahrim (66) ayat 6

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional kita, ada satu bab khusus yaitu bab empat yang membahas tentang Hak dan kewajiban warga Negara (Bagian 1), Hak dan kewajiban Orangtua (Bagian 2), Hak dan Kewajiban Masyarakat (Bagian 3) Hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah (Bagian 4).
Selanjutnya pendidikan nasional di Indonesia diselenggarakan oleh satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Melalui berbagai macam jalur mulai jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.

Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”


Cara Gubernur “AHER” Menjelaskan Pentingnya “JUJUR

Dalam suatu kesempatan bertemu dengan rombongan Rihlah Ilmiah pelajar kelas 5-6 dari SDIT Thariq Bin Ziyad Bekasi (15/9), Aher sapaan akrab gubernur Jawa barat memberikan nasehat  dan arahan, serta terjadi dialog cerdas  seperti  di bawah ini :

Guru Pembimbing : Memberi salam!

Rombongan Siswa-Siswi  Thariq Bin Ziyad : Assalamu’alaikum Wr Wb.

Aher : Apa kabar anak-anak?

Rombongan Siswa-Siswi Thariq Bin Ziyad : Alhamdulillah, luar biasa, tetap semangat, Thariq Bin Ziyad HEBAT Allahu Akbar (jawabannya dibantu oleh guru pembimbing)

Aher : jawabannya panjang amat, Yah anak-anakku sekalian, yang saya hormati kepala sekolah bapak ibu guru, Alhamdulillh kita skrg berada di halaman apa? Halama gedung? Gedung sate, Gedung sate ini dibangun pada tahun 1920 yah sekarang sdh berumur 94 tahun, saya tinggal di gedung pakuan, sudah tua belum? dari sisni kira-kira lima kilo  dibangun pada tahun 1894 sudah 150 kurag lebih, tapi Alhamdulillah baik gedung sate maupun gedung pakuan masih berdiri kokoh, masih berdiri kokoh, masalahnya ada yang menggelitik. Mau tahu tidak? ….mau tahu?  ……siapa yang menjajah? eh, kok maaf bukan yang menjajah tapi, siapa yang membangun gedung sate ini?


Siswa-Siswi Thariq bin Ziyad (Sebagian) : Bapak dan kakek saya ….. , penjajah ….. ,  manusia ….

Aher : penjajahnya siapa, jelas manusia yah, manusia nya itu adalah insinyirnya, arsiteknya, enginernya yaitu bangsa ?

Siswa-Siswi Thariq bin Ziyad (Sebagian)  : Belanda ……

Aher : Siapakah Belanda saat itu?

Siswa-Siswi Thariq bin Ziyad (Sebagian)  : Penjajah ...

Aher : Penjajah jahat atau baik?

Siswa-Siswi Thariq bin Ziyad (Sebagian)  : Jahat …..

Aher : Baik gedung Sate maupun gedung Pakuan, sama  bahwa gedung tersebut dibangun oleh Belanda meskipun pekerja kasarnya orang Indonesia, tapi ternyata sampai hari ini gedung sate maupun gedung pakuon masih berdiri kokoh, bagus dan kuat. Tahukah kalian apa rahasiahnya? Rahasianya adalah karena mereka membangun gedung itu dilandasi dengan JUJUR.

Makanya kata para seniman , kata para fotografer gedung sate ini difoto dari sebelah manapun tetap indah dari depan dari belakang dari atas pun juga indah katanya, dari atas pun indah, ini berarti berarti karya arsitektur yang sangat hebat.

Permasalahannya bandingkan dengan gedung yang dibangun setelah Indonesia merdeka, Mengapa pada usia sepuluh atau duapulu tahun sudah roboh. Padahal yang membangunnya itu pak haji, habis tutup proyek membangun gedung lalu haji habis tutup proyek lalu umroh,  tapi mengapa kok berbeda dengan yang di bangun oleh mereka, padahal mereka penjajah dan tidak beragama Islam.




Itulah contoh seorang pemimpin daerah yaitu seorang gubernur yang peduli dengan pendidikan generasi mudanya, terutama pelajar. Oleh  karena itu marilah kita mencontoh nabi dan rosul kita Muhammad SAW, agar kita menjadi orang-orang yang jujur (shiddiq), dipercaya (amanah), melayani/menyampaikan (tabligh) dan cerdas (fatonah), Wallahu a’lam [DM].

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.