Selasa, 10 Februari 2015

Filled Under:

#KonsultasiPendidikan-2 : Di sekolah Islam terpadu itu berapa persen pelajaran agama dan berapa persen pelajaran umum?

                         (Bersama Bapak Bambang Setiawan, Staf Ahli Direktur LPIT Thariq Bin Ziyad)

Pertanyaan:

Di sekolah Islam terpadu itu berapa persen pelajaran agama dan berapa persen pelajaran umum?

(IFL, di Prumnas Klender)

Jawaban:

Saya tidak mengetahui secara persis apa yang melatarbelakangi munculnya pertanyaan ini. Apakah karena adanya kategorisasi sekolah: pesantren, madrasah, dan sekolah umum? Atau karena faktor lain. Kalau melihat dari sisi kategorisasi tersebut, tentu kita dapat mengetahui secara jelas perbedaan antara ketiga jenis pendidikan tersebut. Akan tetapi setelah itu muncul lagi istilah baru dalam dunia persekolahan: “Sekolah Islam Terpadu”. Apanya yang terpadu? Bagaimana pelajaran agamanya? Berapa lama waktu belajarnya? Bagaimana kualifikasi guru-gurunya? Dan pertanyaan lain yang ada di benak pembaca semuanya.

Walaupun banyak aspek yang dapat diungkap dari sekolah Islam terpadu (SIT), kita hanya akan membahas sesuai dengan pertanyaan di atas.

SIT adalah sekolah yang memadukan pelajaran agama dan pelajaran lainnya (baca: umum) melalui proses manajemen pembelajaran tertentu sehingga dapat membentuk sebuah “attitude” (sikap) dari peserta didik. Istilah “memadukan” berarti membuat supaya menjadi satu. 

Artinya SIT menginginkan peserta didiknya memiliki kompetensi akademik dan akhlak yang sudah menjadi satu. SIT sangat memahami bahwa untuk terbangunnya akhlak bagi para peserta didik bukan hanya bersumber dari buku paket pelajaran pendidikan agama, tapi juga bersumber dari keteladanan para pendidik dan tenaga kependidikan (tenaga tata usaha sekolah dan tenaga lainnya non kependidikan). 

Oleh karena itu, para tenaga pendidik dari SIT memiliki kekhasan tersendiri. Mereka direkrut melalui proses seleksi yang mengarah pada kualifikasi keahlian professional dan sikap. Para pendidik akan menjadi teladan bagi peserta didik. Maka sikap, kebiasaan, mindset, intrapersonal skill, dan karakter mereka, termasuk standar pemahaman mereka terhadap Islam, menjadi faktor yang sangat penting. Secara nyata, kita akan melihat para tenaga pendidik di SIT adalah mereka yang menguasai bidang pengajarannya juga memiliki sikap yang patut diteladani serta memiliki pemahaman tentang keislaman, memenuhi standar dalam membaca Al Quran (tahsin) dan memiliki beberapa juz hafalan Al Quran (tahfidz). 

Pemahaman tentang keislaman itu yang akan mewarnai setiap aktivitas pembelajaran di kelas maupun dalam interaksi di luar kelas, meskipun mereka bukan guru agama. Nuansa keislaman itu akan mewarnai semua aktivitas pembelajaran, baik pelajaran matematika, sejarah, olah raga, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dsb.

Apabila ditinjau dari waktu belajar yang fullday, SIT memiliki program khas yakni tahsin dan tahfidz. Program yang dapat membiasakan para peserta didik untuk berinteraksi dengan Al Quran ini dapat dikatakan sebagai salah satu nilai tambah dari SIT.

Kembali ke pertanyaan di atas, berapa persen pelajaran agama dan berapa persen pelajaran umum?

Ya, benar. Para pembaca pasti sudah mengetahui jawabannya. Di SIT tidak ada pembagian persentase pelajaran agama dan umum karena yang terjadi adalah semua mata pelajaran disampaikan dengan atmosfir keislaman. 


[BS/DM]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.