( Foto Ilustrasi : Masjid Agung Al-Barkah, by Relawan Digitan/REDI Kota Bekasi)
Semoga dua tulisan di bawah ini semakin menguatkan tekad
kami bahwa program yang telah dan akan digulirkan dalam tataran pribadi dan
komunitas para remaja, pelajar, mahasiswa, pemuda dan para tunas bangsa dimana
saja mereka berada benar-benar menjadi kebutuhan kita bersama sebagai pendidik,
mentor, murobbi, guru, orangtua, serta mereka sendiri yang mendesak pada masa
kini dan akan datang. Bukan hanya kebutuhan atau kepentingan satu pihak saja.
Program dan komunitas tersebut bernama “Perkumpulan Akhlak Mulia
– Majelis Akhlakul Karimah” yang berada dalam naungan Yayasan Rumah Ukhuwah
Indonesia (RUHI). Pada soft launching perdananya 1 Muharram 1436 H/25 Oktober
2014 terdiri dari dua unit PAM MAKKAH RUHI yakni di Masjid Al-Ihsan Blok V dan
Masjid Al-Falah Blok C Perumahan Vila Mutiara Gading 2 Bekasi. Bergabunglah
bersama kami di Tlp/SMS 021-70708255
Harapan kami semoga dimasa yang akan dating generasi penerus
kita lebih siap menghadapi tantangan zaman yang tentunya lebih besar dan lebih
berat dari yang kita hadapi saat ini. Calon-calon pemimpin masa mendatang
memiliki multiple keunggulan dalam beberapa aspek penting (spiritual,
intelektua;, emosional). Selain itu semoga komunitas “Perkumpulan Akhlak Mulia”
yang baru saja dibentuk itu mampu menjadi jembatan harapan pendidikan yang ada
di rumah, sekolah/kampus dan masyarakat.
ORGANISASI REMAJA, PELAJAR
DAN PEMUDA DIMATA HASAN AL-BANNA
Seorang ulama tabiut tabiin salafus shaleh seperti Imam
syahid Hasan Al-Banna aktif dalam berbagai organisasi keagamaan, antara lain “Jam’iyatul
akhlak al-adabiyyah, Jam’iyatul man’il muharromat” di Mahmudiyah, ”Thariqoh
Hashafiyah” Jamaah shufi di Damanhur, dan ikut mendirikan jamaah “Syubbanul
Muslimin” serta menjadi salah satu anggotanya.
Tahun 1928 beliau mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin.
Jamaah ini tumbuh dan berkembang pesat, hingga tersebar di berbagai kelompok
masyarakat. Bahkan pada tahun 1940-an, ia menjadi kekuatan social politik
terkuat di Mesir yang memiliki beberapa cabang di Negara-negara arab dan Islam.
Imam syahid Hasan Al-Banna selalu menegaskan bahwa Jamaah
Ikhwanul Muslimin bukan sekedar partai politik, tetapi fikroh yang memadukan
berbagai makna perbaikan (ishlah). Berupaya kembali kepada Islam secara murni,
dan menjadikan Islam sebagai manhaj hidup yang menyeluruh.
Manhaj perbaikan yang disebut oleh Ikhwanul Muslimin
bertumpu pada “tarbiyah” (pendidikan) dan bertahap dalam mewujudkan perubahan
yang diinginkan. Tahapan tersebut adalah membentuk pribadi muslim, keluarga
muslim, masyarakat muslim, pemerintahan muslim, daulah islamiah, khilafah
islam, dan akhirnya “ustadziyatul alam” (kepeloporan dunia).
KETIKA AKHLAK DAN TELADAN
DICAMPAKKAN OLEH FELIX SIAUW
Tweet dari ust Felix Siauw ini benar-benar menyentuh hati
kami, apa yang terjadi sekarang justru memutar balikkan nilai-nilai moral yang
ada di masyarakat, menyedihkan jika generasi mendatang moralnya diputar
balikkan, mau jadi apa bangsa ini ke depan
Saat manusia diwajibkan memilih yang terbaik dari
orang-orang buruk, mereka kehilangan idealism dan memulai menoleransi
keburukan. Tokoh kafir berakhlak buruk, ditoleransi atas nama “the greater good”,
“asal kerjanya bagus”. Kita nggak lagi mikir tentang teladan.
Kita tidak lagi berfikir, “harus orang muslim yang akhlaknya
baik, dan kerjanya juga baik”, beginilah pragmatism merenggut idealisme. Bayangkan
masa depan generasi yang akan dating, bagaimana cara mereka berfikir?,
seandainya kita mulai menoleransi akhlak dan laku buruk?
“gak papa tatoan, asal bisa kerja”, “gak papa kafir yang
penting amanah”, “gak papa riba, asalkan manfaat”, ini pemikiran sesat
menyesatkan. Sama sesatnya dengan yang mikir “daripada kerudungan tapi judes?”,
“daripada muslim tapi korup”, kita tidak bisa berpikir ideal dan syar’i.
Dengan begini kita sudah tidak lagi menilai dengan penilaian
Allah dan Rosul, kita sudah nggak lagi peduli pada Al-Quran dan As-Sunnah. “Mending
mana? “Kerudungan judes atau buka aurat tapi baik”, kalimat begini bila terucap
nggak akan membawa pada ketaatan, na’udzubillah.
“Nggak apa-apa ngerokok, tatoan
yang penting bisa kerja!”, bagaimana bila besok anak-anak kita yang berkata
demikian? Na’udzubillah. Ini tentang contoh, teladan, figure, imitative
learning tanpa sadar oleh generasi muda yang esok membawa mereka lebih jauh
dari islam.
Saat dunia selalu jadi ukuran, maka
tidak pernah akhirat didapat, namun banyak yang mengukur dirinya dengan
akhirat, dunia mengikuti. Karena kita perlu mendidik diri kita agar tetap
idealis dan syar’i. Serta mencontohkan diri, bisa berkarya juga berakhlak
mulia.
Begitulah Rosulullah SAW diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia, dan manusia yang terbaik adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sempurna keimanannya.
RENUNGAN DARI ALI RA
SAHABAT NABI SAW
Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat
menggilas keimanan
Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tidak berbekas dalam
perbuatan
Banyak orang baik tapi tidak berakal, ada orang berakal tapi
tidak beriman
Ada lidah fasih tapi berhati lalai, ada yang khusyuk tapi
sibuk dalam kesendirian
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis, ada ahli
maksiat rendah hati bagaikan sufi
Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat, ada yang
banyak menangis karena kufur nikmat
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat, ada yang
berhati tulus tapi wajahnya cemberut
Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan, ada
pezina yang tampil jadi figure
Ada orang punya ilmu tapi tak paham, ada yang paham tapi
tidak menjalankan
Ada yang pintar tapi memboodohi, ada yang bodoh tapi tidak
tahu diri
Ada orang beragama tapi tidak berakhlak, ada yang berakhlak
tapi tidak ber-Tuhan
Lalu, di antara semua itu dimanakah aku berada?
( Ali Bin Abi Thalib Ra)
Diolah dari berbagai sumber, Wallahu a’lam. [DM].