Entah apa maksud utamanya tiba-tiba berita tentang Bekasi
menyeruak di media sosial (sosmed). Bukan individu bukan juga institusi yang
menjadi sasaran bully-nya tetapi komunitas atau daerahnya. Yang jadi pertanyaan
apa maksud utama aksi bully daerah Bekasi itu? Padahal daerah yang satu ini
dari dulu sampai sekarang tak luput dari pujian, baik terkait nasionalisme
kepahlawanan, kebudayaan maupun keagamaan. Daerah yang terkenal religious ini
lebih lengkap setelah ditetapkannya sosok alm. KH. Noor Ali sebagai pahlawan
nasional. Tapi tiba-tiba Bekasi saat ini dibully.
Bekasi saat ini ada dua daerah pemerintahan yaitu Kota
Bekasi yang terdiri sari 12 kecamatan dan kabupaten bekasi yang terdiri dari 23
kecamatan menempati area yang sangat luas dari utara berupa laut Jawa dan
selatan berupa wilayah Bogor. Bagian Barat berbatasan dengan DKI Jakarta
sebagai Ibu kota dan di Timur berbatasan dengan wilayah Karawang. Merupakan
wilayah strategis penyangga ibukota sebagai kota metropolitan.
Apakah bermaksud hanya untuk menyampaikan keluhan terkait
dengan pelayanan public atau sentimen kedaerahan atau kekuasaan, karena Bekasi
saat ini secara politik merupakan kekuatan utama KMP (Koalisi Merah Putih) yang
merupakan rival satu-satunya koalisi presiden terpilih yang jika tidak ada
halangan (insya allah tidak ada) akan dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014.
Wali kota bekasi Rahmat Efendi berasal dari Golkar dan Wakilnya dari PKS yaitu
Ahmad Syaikhu.
Sedangkan kabupaten Bekasi merupakan pemenang gabungan
(koalisi) Golkar, Demokrat dan PAN sebagai pengusung calon di pilkada 2012 lalu
yaitu bupati terpilih dari partai Golkar (Neneng Hasanah Yasin) dan Demokrat
(Rohim Mintareja). Mungkin terlalu jauh kalau bully bekasi dikaitkan kepada hal
yang bersifat politis, walaupun hal itu mungkin saja. Yang menarik untuk
dicermati menurut penulis ialah menjadi bukti yang ke sekian kalinya fenomena
media sosial atau jurnalisme warga mampu menguasai jagat raya berita.
Membully bekasi akan terasa wajar dan proporsional jika
dimaksudkan untuk memperbaiki fasilitas public dan pelayanan pemerintahan di
kedua pemerintahan daerah tersebut, misalnya tergusurnya perumahan asli warga
masyarakat Bekasi oleh pengembang perumahan besar atau minimnya ruang terbuka
hijau di perumahan, atau terkait infrastruktur lainnya. Tetapi akan terasa
irasional dan terlalu didramatisir manakala dan terlalu berlebih-lebihan
membully Bekasi karena sebab sentiment kedaerahan, kebudayaan atau kekuasaan.
Semoga dari peristiwa ini semua pihak bisa mengambil hikmah
atau ibroh (pelajaran) baik itu pemerintahannya maupun warga masyarakatnya,
saya yakin siapapun orangnya mereka tidak akan senang dan rela jika daerahanya dibully
secara berlebihan, tapi saya juga berkeyakinan jika sekarang ini Bekasi dibully
pasti Bekasi ada apa-apanya. Baik itu negative atau positif, yang jelas Kota
dan Kabupaten Bekasi memiliki arti penting bagi DKI maupun nasional Indonesia.
Ada tiga infrastruktur nasional bahkan internasional penting
yang harus dijaga di Bekasi, paling tidak yaitu jalan tol Jakarta-Cikampek,
jalur kereta api Jakarta-Jawa, dan jalur irigasi aliran air sungai dari waduk
Jatiluhur menuju DKI Jakarta yaitu sungai Kali Malang. Semoga kedepan kita
tidak lagi asal bully membully secara sembarangan atau serampangan. Marilah
kita lakukan nasehat bukan membully, karena nasehat itu akan lebih bermanfaat
daripada membully. Sebagaimana ayat suci dalam Al-Qur’an “fadzakkir fainna
dzikro tanfaul mu’minin” berilah peringatan karena peringatan itu akan
bermanfaat bagi orang yang beriman.
Dalam hal ini semoga bully yang selama ini ada di somed
menjadi nasehat tersendiri bagi pemerintahan dan politisi maupun birokrat yang sekarang ini sedang berkuasa di Kota
maupun kabupaten Bekasi. Begitu juga dalam tataran nasional semoga kehadiran
KMP dan KIH jangan sampai menjadi ajang bully-bully-an, arahkan untuk saling member
nasehat dalam kebenaran dalam kasih saying dan dalam kesabaran, semoga mendapatkan
pahala. Wallahu a’lam. [DM]
0 komentar:
Posting Komentar