Doa terbatas. Dalam suatu hadist
diriwayatkan: Setiap keturunan anak Adam ketika wafat, akan terputus segala amalnya kecuali: a. Shadaqah Jariyah, b. Ilmu
yang bermanfaat dan c. Anak sholeh yang mendoakan orang tuanya. Shodaqoh
jariyah bisa kita tunaikan jika kita memiliki banyak harta dan sempat
menunaikan dikala masih hidup.
Demikian juga ilmu
yang bermanfaat, tergantung sejauh mana sewaktu kita hidup banyak berbagi ilmu
yang bermanfaat kepada orang lain dan hingga sekarang masih diamalkan oleh
orang lain yang mendapatkan ilmu tadi. Satu-satunya harapan adalah do’a dari
anak-anak kita yang sholeh.
Pertanyaannya.
(Prikitiew, kata Tukul Arwana, dalam acara “Bukan Empat Mata atau New Family
100). Sudah maksimalkah, kita mendididik anak menjadi anak yang sholeh sewaktu
hidup dulu? Atau bagaimana yang tidak memilki anak? (Ya, anak kan bisa.. anak
asuh, anak didik atau anak buah di kantor).
Jika masih hidup
dan ada kemampuan plus kemauan, itu gampang. Laksanakan saja mulai sekarang
gemar bershadaqah jariah, gemar menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan mendidik
anak cucu agar semakin sholeh dan diharapkan kelak bisa mendoakan kita setelah
di alam barzah. Insya Alloh kelak di Yaumil Akhir kita dapat aliran pahala yang tiada
putus-putusnya.
Bagaimana
orang-orang tua kita yang belum sempat secara maksimal mengamalkan hadist di
atas? Kewajiban kitalah yang masih hidup untuk mengirimkan doa, kebajikan dan
pahala untuk mereka yang telah tiada.
Berbakti tak mungkin lagi. Orang tua kita telah tiada. Bisakah kita kirim doa? Jawabnya jelas. BISA. Ada nash hadist yang
jelas sebagaimana hadist di atas. Anak sholeh yang mendoakan orang tuanya dapat
melanggengkan amal bani Adam yang telah wafat.
Problemnya kita mau atau tidak?. Berdoa kita sesuai syar’i atau tidak?.
Masalah dikabul
atau tidak, itu hak prerogratif Alloh
yang Maha Pengabul doa. Doa pasti
dikabulkan Alloh, hanya waktunya kapan yang tepat Allohlah yang Maha
Mengetahui. Atau Alloh mengganti dengan yang lebih tepat atas doa kita. Marilah
kita berbakti kepada orang tua yang telah tiada melalui doa.
Bagaimana beramal
sholeh untuk orang tua kita selain doa? Problem ke dua. Kapan kita berdo’a? Disiplin
dan selalu berdoakah kita? Jujur saja kita, lebih sering lupa berdoa, untuk
para arwah orang-orang yang telah mendahului kita. Kita merasa terlalu sibuk
dengan urusan dunia.
Biarkan berkah melimpah. Problem
kita adalah waktu dan kemampuan berdoa terbatas. Oleh karena itu ayo budayakan
investasi akherat untuk almarhum dan almarhumah (si Fulan dan Si Fulannah).
Biarkah berkah melimpah untuk si Fulan dan si Fulanah. Berkah mengalir dari
amal jariah. Pertanyaan berikutnya, pahalanya sampai kealamat gak, ya?.
Mohon maaf penulis
bukan ahli fiqih, silahkan pembaca konfirmasi kepada yang berkompeten (Fuqoha;
ustadz-ustadzah ahli fiqih). Beribadah harus ada landasan syar’inya dan contoh
dari RosulNya. Ibadah tidak boleh berdasarkan logika semata. Penulis hanya
mensitir perkataan para juru dakwah atau baca artikel terkait pahala investasi
akherat.
Misalnya, ada do’a
yang ditujukan kepada kaum muslimin, muslimat, mukminin, mukminat al ahyaai minhum
wal anwat, penulis memahami untuk siapa saja kaum yang tersebut tadi baik masih
hidup maupun telah wafat. Ada lagi do’a Rosululloh ketika menyembelih qurban,
beliau meniatkan satu ekor domba untuk diri dan keluarganya dan satu ekor untuk
umatnya.
Banyak lagi lembaga
dakwah yang mengajak investasi akherat berupa wakaf Al Quran, wakah tunai, wakaf
tanah untuk pesantren, berqurban dan sejenisnya, juga membolehkan atas nama
alamarhum/almarhumah. Mohon maaf jika salah menyimpulkan, karena penulis sangat
awam dalam masalah ini.
Ada kemungkinan
besar amal untuk si Fulan dan si Fulanah dapat dikabulkan atas seizin Alloh
Subhanahu wa Ta’ala. Jika tidak diterima untuk si Fulan dan si Fulannah, kita
yakin amal tersebut tidak akan sia-sia, minimal buat diri kita sendiri. Dengan
amal-amal sholeh tadi bisa digunakan sebagai wasilah untuk dikabukannya
doa.
Banyak contoh
investasi akherat yang bisa kita lakukan seperti : Wakaf tunai untuk
pembangunan pesantren, lembaga pendidikan Islam, masjid/mushola, kebun
jati/jambon atau sawah untuk biaya operasional santri, membantu pendidikan para
dhuafa, dsb.
Menghajikan orang
tua, menyembelih qurban atas nama orang lain, membayarkan kewajiban/utang orang
tua yang telah meninggal, wakaf atas nama almarhum/almarhumah, dst. Semoga investasi akherat ini melimpahkan
berkah nan abadi. Wallohu a’lam bishshawab.
Ya Alloh jika tulisan ini benar mudahkanlah hamba-hambaMu
ini untuk menjalankannya, jika ini salah ampunilah kami sebagai penulis dan
pembaca yang awam. [HSR]
0 komentar:
Posting Komentar