Rabu, 07 Januari 2015

Filled Under:

Umar Bin Abdul Aziz Menerapkan Metode Keteladana, Nasehat dan Pembiasaan dalam Pendidikan Anaknya

               (Foto : maket gedung TKIT Thariq Bin Ziyad baru, Jl. Toyogiri Selatan Jatimulya Bekasi
                        Dilengkapi dengan Toddler Care Center dan Play Group, Dok. Intajiyah)

Pemirsa kolega dan sahabat setia Media Intajiyah Online (MIO) kali ini kita akan mengambil ibroh dari cara seorang tokoh dalam Islam yakni Umar Bin Abdul Aziz dalam mendidik anak-anaknya.

Suatu malam, Umar bin Abdul Aziz –rahimahullâh– menemui anak-anak perempuannya. Namun, saat kedatangannya diketahui oleh anak-anaknya, maka mereka langsung menutup mulut. Lalu berebut menutup pintu.

Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada pelayannya, "Ada apa dengan mereka?"
Pelayan menjawab, "Mereka tidak mempunyai makan malam, selain kacang adas dan bawang merah. Mereka tidak ingin engkau mencium bau mulut mereka."

Maka Umar bin Abdul Aziz menangis. Kemudian berkata kepada anak-anaknya,
"Anak-anakku! Tidak berguna bagi kalian menyantap berbagai macam makanan, sementara bapak kalian harus masuk neraka!"

Maka mereka menangis sehingga suara suara mereka terdengar. (Siroh Umar, Ibnu Abdil Hakam, 48-49)

Saudaraku, inilah sosok seorang ayah sekaligus khalifah yang senantiasa mendidik anak-anaknya dengan sifat qona'ah (merasa cukup). Beliau adalah orangtua yang mengajarkan konsep bersyukur atas segala apa yang Alloh subhanahu wa ta'ala berikan. Walaupun itu hanya sekadar kacang adas dan bawang merah yang ada di rumah.

Subhanalloh! Bandingkan zaman sekarang ini. Beberapa orangtua terlalu memanjakan anak-anaknya sehingga harus berbelanja boros, bahkan mengutang. Demi membelikan anak-anaknya game, mainan tidak edukatif, dan lainnya, padahal ini sangat tidak bermanfaat. Belum lagi HP yang kadang belum bisa dimanfaatkan oleh anak secara optimal.

Mengapa orangtua melakukan semua ini?
Katanya -kasih sayang-, namun sesungguhnya ini bukanlah bentuk kasih sayang kepada anak, melainkan "cinta yang salah".

Sesungguhnya, kalau kita belajar dari cara berfikir Umar bin Abdul Aziz, maka demikianlah bentuk kasih sayang kepada anak. Karena beliau mendidik anaknya agar tumbuh "ketakwaan", bukan "pemborosan". Sungguh sangat berbeda antara orangtua yang mendidik dan orangtua yang melalaikan. Maka dari itu, kita selaku ayah dan ibu hendaknya melihat dampak dari sebuah pemberian, apakah hal ini bermanfaat buat anak atau tidak.

Selain dari itu, kisah apik Umar bin Abdul Aziz bersama anak-anaknya memberikan pelajaran bahwa hendaknya seorang anak itu bersyukur atas pemberian orangtua. Tidak mengeluh, apalagi mau membandingkan orangtua sendiri dengan orangtua teman.

Sebagai anak, kita selayaknya "legowo" dengan keadaan ekonomi orangtua. Tidak minder dengan kemiskinan orangtua, tidak malu kalau orangtua tidak punya mobil. Sebagian anak kadang merasa malu punya orangtua yang miskin, tidak paham sosmed (FB, Internet, WhatsUp dan lainnya).

Ini adalah makar dari syaiton, agar anak durhaka kepada ayah dan ibunya. Maka dari itu, seorang anak wajib ia bersyukur atas kondisi keluarga. Jangan menyesal.   bisa jadi di sisi kita itu tidak baik, tetapi di sisi Alloh nilai keluarga kita baik. Karena keluarga kita penuh dengan ilmu.

Semoga kisah Umar bin Abdul Aziz di atas memberikan ibroh buat kita semua, entah apakah kita selaku orangtua maupun anak.






             (Gd TKIT TBZ lama, Tahun Pelajaran Baru 2015-2016 akan menempati Gd Baru, Dok. Intajiyah)

Ternyata pendidikan dengan keteladanan, nasehat dan pembiasaan sangat efektif dalam mendidik anak kita khususnya dan peserta didik pada umumnya. Sebuah metode pendidikan robbani dan nabawi sebagaimana dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Seperti telah dibukukan oleh DR Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya "Tarbiyatul Aulad Fil Islam".

LPIT Thariq Bin Ziyad sebagai pengelola pendidikan Islam mulai dari tingkat TKIT, SDIT, SMPIT dan SMAIT telah berupaya menyiapkan konsep pendidikan yang berkesinambungan (sustainability study) dalam 4 pilar atau 4 simpul yang terintegrasi yaitu Akhlak, Al-Quran, Akademik dan Bahasa (A3B), menuju pribadi, generasi dan masyarakat yang shaleh dan cerdas.

Semoga Allah –subhanahu wa ta'ala– memberikan taufik kepada kita semua....[Abu Hanin]

Sumber utama : islamedia.co

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.