Selasa, 14 Oktober 2014

Filled Under:

Investasi Akherat Untuk Si Fulan & Fulanah



Doa terbatas. Dalam suatu hadist diriwayatkan: Setiap keturunan anak Adam ketika wafat, akan terputus segala  amalnya kecuali: a. Shadaqah Jariyah, b. Ilmu yang bermanfaat dan c. Anak sholeh yang mendoakan orang tuanya. Shodaqoh jariyah bisa kita tunaikan jika kita memiliki banyak harta dan sempat menunaikan dikala masih hidup.

Demikian juga ilmu yang bermanfaat, tergantung sejauh mana sewaktu kita hidup banyak berbagi ilmu yang bermanfaat kepada orang lain dan hingga sekarang masih diamalkan oleh orang lain yang mendapatkan ilmu tadi. Satu-satunya harapan adalah do’a dari anak-anak kita yang sholeh.

Pertanyaannya. (Prikitiew, kata Tukul Arwana, dalam acara “Bukan Empat Mata atau New Family 100). Sudah maksimalkah, kita mendididik anak menjadi anak yang sholeh sewaktu hidup dulu? Atau bagaimana yang tidak memilki anak? (Ya, anak kan bisa.. anak asuh, anak didik atau anak buah di kantor). 

Kita memilki anak, tapi sholeh gak?. Sedikit sholeh, barangkali. Suka mendoakan gak. Kita sadar, sebagai anak kita sering terlalu sibuk dengan urusan dunia. Mendoa hanya selagi ingat. Penguasaan doa-doanya sangat terbatas. Pendek kata dari segi waktu dan kemampuan berdoa sangat terbatas. Lalu bagaimana solusinya?

Jika masih hidup dan ada kemampuan plus kemauan, itu gampang. Laksanakan saja mulai sekarang gemar bershadaqah jariah, gemar menyebarkan ilmu yang bermanfaat dan mendidik anak cucu agar semakin sholeh dan diharapkan kelak bisa mendoakan kita setelah di alam barzah. Insya Alloh kelak di Yaumil Akhir  kita dapat aliran pahala yang tiada putus-putusnya.

Bagaimana orang-orang tua kita yang belum sempat secara maksimal mengamalkan hadist di atas? Kewajiban kitalah yang masih hidup untuk mengirimkan doa, kebajikan dan pahala untuk mereka yang telah tiada.   

Berbakti tak mungkin lagi. Orang tua kita telah tiada. Bisakah kita kirim doa? Jawabnya jelas. BISA. Ada nash hadist yang jelas sebagaimana hadist di atas. Anak sholeh yang mendoakan orang tuanya dapat melanggengkan amal bani Adam yang telah wafat.  Problemnya kita mau atau tidak?. Berdoa kita sesuai syar’i atau tidak?.

Masalah dikabul atau tidak,  itu hak prerogratif Alloh yang Maha Pengabul doa.  Doa pasti dikabulkan Alloh, hanya waktunya kapan yang tepat Allohlah yang Maha Mengetahui. Atau Alloh mengganti dengan yang lebih tepat atas doa kita. Marilah kita berbakti kepada orang tua yang telah tiada melalui doa.

Bagaimana beramal sholeh untuk orang tua kita selain doa? Problem ke dua. Kapan kita berdo’a? Disiplin dan selalu berdoakah kita? Jujur saja kita, lebih sering lupa berdoa, untuk para arwah orang-orang yang telah mendahului kita. Kita merasa terlalu sibuk dengan urusan dunia.

Biarkan berkah melimpah. Problem kita adalah waktu dan kemampuan berdoa terbatas. Oleh karena itu ayo budayakan investasi akherat untuk almarhum dan almarhumah (si Fulan dan Si Fulannah). Biarkah berkah melimpah untuk si Fulan dan si Fulanah. Berkah mengalir dari amal jariah. Pertanyaan berikutnya, pahalanya sampai kealamat gak, ya?.

Mohon maaf penulis bukan ahli fiqih, silahkan pembaca konfirmasi kepada yang berkompeten (Fuqoha; ustadz-ustadzah ahli fiqih). Beribadah harus ada landasan syar’inya dan contoh dari RosulNya. Ibadah tidak boleh berdasarkan logika semata. Penulis hanya mensitir perkataan para juru dakwah atau baca artikel terkait pahala investasi akherat.

Misalnya, ada do’a yang ditujukan kepada kaum muslimin, muslimat, mukminin, mukminat al ahyaai minhum wal anwat, penulis memahami untuk siapa saja kaum yang tersebut tadi baik masih hidup maupun telah wafat. Ada lagi do’a Rosululloh ketika menyembelih qurban, beliau meniatkan satu ekor domba untuk diri dan keluarganya dan satu ekor untuk umatnya. 

Lagi-lagi penulis pahami baik kelurga atau umat yang masih hidup ataupun sudah meninggal. Ada lagi riwayat tentang badal haji, menghajikan orang tua, membayarkan utang almarhum/alamarhumah saudaranya yang telah meninggal, dst, dst.

Banyak lagi lembaga dakwah yang mengajak investasi akherat berupa wakaf Al Quran, wakah tunai, wakaf tanah untuk pesantren, berqurban dan sejenisnya, juga membolehkan atas nama alamarhum/almarhumah. Mohon maaf jika salah menyimpulkan, karena penulis sangat awam dalam masalah ini.

Ada kemungkinan besar amal untuk si Fulan dan si Fulanah dapat dikabulkan atas seizin Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Jika tidak diterima untuk si Fulan dan si Fulannah, kita yakin amal tersebut tidak akan sia-sia, minimal buat diri kita sendiri. Dengan amal-amal sholeh tadi bisa digunakan sebagai wasilah untuk dikabukannya doa. 

Banyak contoh investasi akherat yang bisa kita lakukan seperti : Wakaf tunai untuk pembangunan pesantren, lembaga pendidikan Islam, masjid/mushola, kebun jati/jambon atau sawah untuk biaya operasional santri, membantu pendidikan para dhuafa, dsb.

Menghajikan orang tua, menyembelih qurban atas nama orang lain, membayarkan kewajiban/utang orang tua yang telah meninggal, wakaf atas nama almarhum/almarhumah, dst.  Semoga investasi akherat ini melimpahkan berkah nan abadi. Wallohu a’lam bishshawab.  


Ya Alloh jika tulisan ini benar mudahkanlah hamba-hambaMu ini untuk menjalankannya, jika ini salah ampunilah kami sebagai penulis  dan  pembaca yang awam. [HSR]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.