Selasa, 14 Oktober 2014

Filled Under:

PENDIDIKAN UNTUK KEBAHAGIAAN, KESEJAHTERAAN DAN KESUKSESAN

                (Gambar Ilustrasi : Pengawas UPTD TK-SD Tambun Selatan dan Kepala SDIT TBZ)

Jika kita telusuri apa yang menjadi obsesi setiap manusia, maka kata kunci yang akan masuk dalam kategori pilihannya ialah mereka mengharapkan kehidupan atau hidup yang bahagia, sukses dan sejahtera. Maka kita jadi teringat dengan istilah Norma Keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera yang pernah dikembangkan oleh pemerintah pada zaman orde baru dulu.

Gerakan tersebut pada dasarnya sangat bagus karena memiliki empat macam tujuan yaitu :

1.       Tercapainya seluruh calon pasangan keluarga (laki-laki dan perempuan) kawin pada usia yang ideal. Usia yang ideal tersebut diartikan sebagai cermin kelayakan secara fisik, mental dan spiritual. Serta layak untuk melangsungkan perkawinan yang sah untuk menjadi keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.
2.    Tercapainya jumlah anak yang ideal bagi seluruh keluarga dan masyarakat.
3.       Tercapainya kelangsungan dan keharmonisan kehidupan berkeluarga.
4.       Tercapainya peningkatan kreativitas dan produktivitas dalam rangka meningkatkan derajat hidup dan kehidupan keluarga

Apa yang kurang dari program Orde Baru tersebut? Apakah dari sisi pelaksananya atau programnya. Kemungkinan dari sisi pelaksananya, orientasi program bukan semata-mata proyek atau anggaran tapi substansi dari program itu sendiri harus mengena dan menyentuh kalbu masuarakatnya, namun di sisi lain kita menyadari bahwa tidak semua yang ada di masa orde lama atau orde baru itu buruk atau rendah. Apakah itu? ya itulah menyangkut kebahagiaan, kesejahteraan dan kesuksesan baik dimensi dunia maupun akhirat.

Mengapa bahagia? mengapa sejahtera? mengapa sukses? Karena ketiganya menjadi harapan dan obsesi setap insan. Siapa sih yang tidak mau hidupnya bahagia, sejahtera dan sukses. Mungkin itu juga yang menjadi alas an mengapa KH. Noor Ali pahlawan nasional asli dari Bekasi yang mengubah nama kampungnya yaitu dari mulanya Ujung Malang menjadi Ujung Harapan Bahagia.

Atau mungkin juga yang menjadi alasan mengapa dulu ada nama partai yang karena sebab tertentu tidak memenuhi elektrolal tresholt atau parlemantary tresholt menambahkan satu kata di belakangnya yaitu kata Sejahtera. Bahkan belakangan ia juga membangun konsep ketahanan keluarga melalui gerakan Pos Ketahanan Keluarga atau melalui wadah Rumah Keluarga Indonesia (RKI).

Apa artinya memiliki pendidikan yang tinggi apabila tidak mampu membahagiakan keluarga, tidak mampu mensejahterakan diri dan pada akhirnya tidak sukses. Pendidikan yang ada sekarang mau tidak mau, suka atau tidak suka harus mampu menghadirkan kebahagiaan untuk semuanya, bukan hanya guru atau pendidik, murid atau peserta didik tetapu juga tenaga kependidikannya, orangtuanya dan masyarakatnya. Baik masyarakat internal atau civitas akademikanya maupun eksternal.

Ajaran semua agama pasti mengajarkan ketiga nilai di atas, hanya filosofis, cara dan bentuknya yang berbeda. Islam mislanya selalu mengajarkan bahkan setiap hari diajarkan bahkan lima kali setiap hari yaitu dengan ungkapan yang ada dalam lafadz adzan : “hayya alasholah, hayya ‘alal falah”.  Mari menuju shalat, mari menuju kebahagiaan. Tidak dipungkiri lagi bahwa di dalam syariat atau nilai ritual shalat terkandung makna, hikmah atau fadhilah yang ada di dalamnya ada nilai spiritual.

Maka tak heran jika salah satu butir doa nabiyullah Ibrahim Ibrahim sebagai bapaknya para nabi dan rosul 1500 tahun lebih yang lalu ialah “Robbij’alni muqimasholah wamin dzurriyatina”. Ya Allah jadikanlah kami pendiri ibadah shalat dan juga keturunanku. Ya allah kabulkan doaku ini. Itulah yang diajarkan oleh nabiyullah Ibrahim As kepada kita.

Saat ini kita dihadapkan pada beragam konsep, metode dan media pendidikan yang beragam. Seiring dengan tuntutan demokratisasi di segala bidang kehidupan tak terkecuali dalam bidang pendidikan, maka diperlukan suatu kejelian terutama bagi orangtua/wali murid untuk memilah dan memilih lembaga pendidikan yang ada. Lalu pertanyaan berikutnya pendidikan yang bagaimana yang akan membawa kebahagiaan, kesuksesan dan kesejahteraan itu?

1.       Pendidikan yang tidak mempertentangkan antara ayat suci dan ayat konstitusi
2.       Pendidikan yang tidak hanya bicara revolusi mental tapi juga konstitusi moral
3.       Pendidikan yang tidak hanya focus kepada moral dan karakter tapi juga ritual dan spiritual


Penjelasan lebih lanjut tentang tiga ciri pendidikan di atas akan hadir pada artikel kami selanjutnya selamat membaca, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. [DM]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 MAJALAH INTAJIYAH.